Konsep penting lainnya adalah ekuilibrasi atau keseimbangan. Ketika anak bertumbuh dan berkembang secara kognitif, penting untuk menjaga ekuilibrasi antara menerapkan pengetahuan sebelumnya (asimilasi) dan mengubah perilaku untuk memperhitungkan pengetahuan baru (akomodasi). Piaget percaya bahwa semua anak mencoba untuk mencapai ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi menggunakan mekanisme yang disebutnya ekuilibrasi. Ekuilibrasi membantu menjelaskan bagaimana anak-anak dapat berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.
Piaget percaya bahwa semua pemikiran manusia mencari keteraturan dan tidak nyaman dengan kontradiksi dan inkonsistensi dalam struktur pengetahuan. Dengan kata lain, kita mencari "ekuilibrasi" dalam struktur kognitif kita. Ekuilibrasi terjadi ketika skema anak dapat menangani sebagian besar informasi baru melalui asimilasi. Namun, keadaan disekuilibrium yang tidak menyenangkan terjadi ketika informasi baru tidak dapat dimasukkan ke dalam skema yang ada (asimilasi).
Piaget juga percaya bahwa perkembangan kognitif tidak berkembang pada tingkat yang stabil, melainkan dalam lompatan dan batas. Ekuilibrasi adalah kekuatan yang mendorong proses belajar karena kita tidak suka frustrasi dan akan berusaha mengembalikan ekuilibrasi dengan menguasai tantangan baru (akomodasi). Setelah informasi baru diperoleh, proses asimilasi dengan skema baru akan berlanjut sampai waktu berikutnya kita perlu melakukan penyesuaian terhadapnya.
Teori perkembangan kognitif Piaget membantu menambah pemahaman kita tentang pertumbuhan intelektual anak-anak. Pada sisi lain, teori Piaget juga menekankan bahwa anak-anak bukan hanya penerima pengetahuan yang pasif. Sebaliknya, anak-anak terus-menerus menyelidiki dan bereksperimen saat mereka membangun pemahaman mereka tentang bagaimana dunia bekerja.
2.4.1. Â Peran Guru dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Fasilitator: Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam proses menemukan pengetahuan mereka sendiri melalui panduan dan pertanyaan terbuka.
Mendorong Diskusi: Guru mengarahkan diskusi kelas untuk memfasilitasi pembelajaran kolaboratif dan mengembangkan pemikiran kritis siswa.
Memberikan Umpan Balik: Guru memberikan umpan balik yang konstruktif, membantu siswa mengevaluasi pemahaman mereka, dan memberikan dorongan untuk memperdalam pengetahuan.
2.4.2. Tantangan dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Waktu yang Diperlukan: Pembelajaran konstruktivisme bisa memakan waktu lebih lama dibandingkan metode tradisional karena melibatkan eksplorasi dan refleksi mendalam.
Peran Guru yang Lebih Kompleks: Guru harus memiliki keterampilan yang baik dalam memfasilitasi pembelajaran dan mengelola dinamika kelas yang beragam.