Dikutip dari buku Teori Belajar Dan Pembelajaran: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif karya Dr H Muhammad Soleh Hapudin, MSi konsep skema atau jejaring ini berguna memahami dan menanggapi pengalaman fisik individu dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya. Oleh karena itu, dalam proses belajar terjadi dua proses utama yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi penerimaan informasi.
Konsep Model Pembelajaran Konstruktivisme Dalam model pembelajaran konstruktivisme terdapat beberapa konsep, sebagai berikut: 1. Konstruktivisme Individu Pandangan ini fokus pada kehidupan manusia, yakni mengartikan sesuatu dengan menggunakan pengetahuan dan keyakinannya secara individu. Pengetahuan disusun dengan mentransformasikan, mengorganisasi, dan mengeorganisasikan pengetahuan yang sebelumnya. Piaget menekankan pada hal-hal yang masuk akal dan konstruksi pengetahuan yang tidak biasa secara langsung dipelajari dari lingkungan. Pengetahuan muncul dari merefleksikan dan menghubungkan kognisi atau pikiran-pikiran kita sendiri, bukan dari pemetaan realitas eksternal. Piaget melihat lingkungan sosial sebagai sebuah faktor penting dalam pengembangan kognisi, tapi dia tidak meyakini bahwa interaksi sosial merupakan mekanisme utama dalam mengubah pikiran.
Piaget mengusulkan tahapan kognitif yang dilakukan oleh semua manusia. Berpikir pada tiap langkah memasukkan tahapan sebelumnya sehingga makin terorganisir dan adaptif. Piaget menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan "berpikir mengenainya". Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schemanya sesuatu yang baru karena memang diperlukan (akomodasi).
2.2. Assimilasi dan Akomodasi
Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi konsep, atau informasi baru ke dalam skema yang sudah dalam dalam pikirannya. Dari hasil integrasi pengalaman sehari - hari yang sudah menjadi pola persepsi yang ada dalam pikirannya dengan pengetahuan materi yang di sampaikan guru ataupun hasil diskusi, memberikan hasil yang lebih baik dari segi wawasan dan pemahaman materi yang lebih kontekstual.
Proses mengambil informasi baru ke dalam skema kita yang sudah ada dikenal sebagai asimilasi. Prosesnya agak subjektif karena kita cenderung mengubah pengalaman dan informasi sedikit agar sesuai dengan keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi adalah proses kognitif membuat informasi baru sesuai dengan pemahaman kita yang ada tentang dunia. Pada dasarnya, ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita memproses dan memahaminya dengan menghubungkannya dengan hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Melanjutkan contoh di atas, melihat seekor kucing dan melabelinya sebagai "kucing" adalah kasus mengasimilasi hewan itu ke dalam skema kucing anak.
Asimilasi memainkan peran penting dalam bagaimana kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak terus-menerus mengasimilasi informasi dan pengalaman baru ke dalam pengetahuan mereka yang ada tentang dunia. Namun, proses ini tidak berakhir dengan masa kanak-kanak akhir. Ketika orang menghadapi hal-hal baru dan menafsirkan pengalaman ini, mereka membuat penyesuaian kecil dan besar terhadap ide-ide mereka yang ada tentang dunia di sekitar mereka.
Akomodasi adalah bagian dari proses pembelajaran yang memungkinkan kita mengubah ide-ide yang ada untuk menerima informasi baru. Proses akomodasi melibatkan pengubahan skema atau ide yang ada, sebagai hasil dari informasi baru atau pengalaman baru. Misalnya, bagaimana anak-anak kecil belajar tentang berbagai jenis hewan. Seorang anak kecil mungkin memiliki skema yang ada untuk kucing. Dia tahu bahwa kucing memiliki empat kaki, jadi dia mungkin secara otomatis percaya bahwa semua hewan dengan empat kaki adalah kucing. Ketika dia kemudian mengetahui bahwa anjing juga berkaki empat, dia akan menjalani proses akomodasi di mana skema yang ada untuk kucing akan berubah dan dia juga akan mengembangkan skema baru untuk anjing.
Akomodasi tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa juga mengalami hal ini. Ketika pengalaman memperkenalkan informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan skema yang ada, kita harus mengakomodasi pembelajaran baru ini untuk memastikan bahwa apa yang ada di dalam kepala kita sesuai dengan apa yang ada di luar di dunia nyata. Misalnya, bayangkan seorang anak laki-laki yang dibesarkan di sebuah rumah yang menyajikan skema stereotip tentang kelompok sosial lain. Karena asuhannya, ia bahkan mungkin menyimpan prasangka terhadap orang-orang dalam kelompok ini. Ketika ia sampai pada perguruan tinggi, dia tiba-tiba menemukan dirinya dikelilingi oleh orang-orang dari kelompok ini. Melalui pengalaman dan interaksi nyata dengan anggota kelompok ini, ia menyadari bahwa pengetahuannya yang ada sepenuhnya salah. Hal ini menyebabkan perubahan dramatis, atau akomodasi, dalam keyakinannya tentang anggota kelompok sosial ini.
2.3. Ekuilibrasi (Equilibration, Keseimbangan)