Icha tersenyum sambil melambaikan tangan. Ia berjalan dengan santai ke beranda, menatap sepasang kekasih yang baru saja melakukan gencatan senjata.
"Aku ke rumahmu, Tami," ucap Icha tanpa ditanya. "Kata Tante, kamu di rumah Remba. Jadi aku kemari."
"Ada apa?"
"Kamu makin cantik kalau sedang sewot." Icha mengulum senyum. "Maaf. Kemesraan kalian terpaksa kuganggu. Ada hal penting yang harus kutanyakan."
Tami dan Remba berpandangan, lalu serentak mengedikkan bahu.
"Nggak apa-apa, kan?" tanya Icha.
Tami dan Remba serempak mengangguk.
"Terima kasih," ujar Icha sambil menaruh tasnya di atas meja. "Begini. Kemarin aku sengaja menemukan bosku. Beliau marah-marah."
Tami mengernyit. Alisnya sejenak bertaut. "Menemukan?"
Icha mengangguk. Memandang Tami dengan tatapan tidak mengerti.
"Bosmu hilang?"