"Semua peristiwa pasti ada manfaatnya!"
Raja Maruk murka. "Apa manfaat jempol buntung, Patih?"
Patih menceratuk. Menunduk dalam-dalam.
"Kamu menghinaku," seru Raja. "Kamu harus dipenjara di sini."
Pasukan khusus segera membangun penjara dari batu dan pohon. Patih tidak akan sanggup meloloskan diri bahkan seandainya dibantu oleh orang lain.
***
PADA MUSIM berburu berikutnya, Raja kembali ke hutan. Ia puas melihat Patih masih terkurung tanpa daya. Dengan mata berbinar cerah, ia mengacungkan jempol kepada pasukan penjaga. Lalu, beliau berangkat berburu. Kali ini tanpa Patih yang hafal kawasan aman.Â
Selagi asyik mengintai mangsa, Suku Barani mengepung Raja dan pasukannya. Tidak butuh waktu lama, Raja takluk. Pasukannya kocar-kacir. Semuanya pontang-panting melarikan diri. Daripada mati, Raja menyerah. Barangkali bisa membujuk Kepala Suku dengan harta dan buku, pikirnya.
Setiba di kawasan Suku Barani, penutup mata Raja dibuka. Beliau kaget karena di depannya ada segunung kayu bakar.
"Persembahan sempurna bagi Dewa Api," kata Kepala Suku. "Gagah, tampan, sehat, dan tidak cacat. Bakar kayu dan lemparkan korban ke dalam api."
Mendadak sesuatu melintas di benak Raja. "Tunggu!"