Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Wa: +6281337701262.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mama Aleta Baun dari Mollo-NTT Memperjuangkan 5 Nilai Global untuk Transformasi Politik Indonesia yang Lebih Baik

10 November 2022   16:11 Diperbarui: 10 November 2022   16:15 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama Aleta menerima The Goldman Environmental Prize Tahun 2013 di San Fransisco, AS (Sumber foto: The Goldman Environmental Prize)

Ada harapan baru bahwa berdasarkan rekam jejak, sosok politikus Perempuan asal Mollo bernama Mama Aleta Baun yang menjadi elite DPP PKB adalah ibarat mata air sejuk di tengah padang gurun politik Indonesia saat ini. Narasi lisan, kegiatannya dan jumlah penghargaan yang dia terima meyakinkan kepercayaan public Indonesia. Mama Aleta adalah ikon pejuang lingkungan hidup yang berasal dari akar tumput di Timor NTT.

Bukan kebetulan Mama Aleta dapat masuk di jajaran elite DPP PKB, tetapi melalui proses rumit dari rekam jejaknya yang meyakinkan, sebagai fenomena yang tidak biasa. Hal ini terjadi di tengah-tengah kecurigaan public bahwa peran wanita di tingkat akar rumput masih belum menggembirakan. Ia mematahkan pendapat bahwa wanita sering merupakan pihak yang paling banyak dikorbankan dalam pembangunan. Mama Aleta Baun memperjuangkan emansipasi atau kesetaraan pria dan wanita di tingat akar rumput. Rekam jejaknya yang gemilang di tingkat akar rumput akhirnya mengindonesia.

Mama Aleta Baun telah disosialisasikan oleh Media-Media sebagai pejuang lingkungan hidup pencinta damai dan pencinta kehidupan. Hal itu ketika kita belajar dari rekam jejak Mama Aleta Baun dan penghargaan internasional dan nasional yang telah Mama Aletta Baun raih. Rekam jejak nya membuat kita bersepakat bulat bahwa Mama Aleta Baun adalah sosok politikus pencinta alam, pencinta damai dan pencinta kehidupan.

Mama Aleta adalah politikus wanita yang dilahirkan dari akar rumput, sosoknya tetap dianggap fenomenal. Kehidupan social di akar rumput sangat kental dengan keaslian, kejujuran, kepolosan dan ketaatan terhadap adat istiadat. Sosoknya hingga kini itu tetap fenomena yang patut dikaji tuntas latar belakangnya dan perjuangannya sampai menjadi pendekar wanita pejuang lingkungan hidup terkemuka di tanah air.

Ia bukan politikus wanita produk promosi jabatan dalam institusi modern dan out put pendidikan barat tetapi ia adalah wanita lokal Mollo-NTT yang tampil asli. Ia lahir, dididik dan mendasarkan pemikirannya atas lingkungan hidup dari tradisi adat istiadat yang dianutnya secara turun-temurun. Dia adalah wanita natural dan akrab dengan alam Molo-NTT. Mama Aleta juga tidak berkiprah sebagai politis nasional, ia hanya mantan anggota DPRD I NTT.

Bagi saya posisi Mama Aleta di politik harus tetap penting sebagai inspirasi dari Mama Aleta untuk Indonesia dan bahwa inspirasi dari Mama Aletta di DPP PKB tercermin dalam narasi diri cinta lingkungan hidup di tataran akar rumput di Kabupaten TTS-NTT yang diharapkan untuk menjadi model bagi kebangkitan cinta lingkungan hidup di tingkat nasional, akhirnya tingkat global. Dalam politik nasional, posisi Mama Aleta sebagai pejuang lingkungan hidup adalah titik tolak penting untuk tumbuhnya berbagai kekuatan pembaharu Indonesia.

Mama Aletta adalah pembawa angin segar dalam kancah politik nasional, ia membawa misi mulia untuk pertama-tama membangkitkan cinta lingkungan hidup bagi Indonesia. Rekam jejaknya sebagai pejuang lingkungan hidup patut dijadikan inspirasi bagi kaum wanita bahkan seluruh warga Indonesia. Indonesia yang maju adalah Indonesia yang memiliki prespektif yang seimbang tentang seluruh nilai-nilai global. Indonesia yang maju tidak hanya memperhatikan tanggung jawab ekologis saja, tetapi semua warga dan pemerintahan harus berlaku jujur, berlaku solider dalam keadilan, memberlakukan kesetaraan antara pria-wanita dan pantang kekerasan.Untuk era sekarang, Indonesia sedang mengalami krisis lingkungan hidup sehingga perhatian untuk memulihkan lingkungan hidup mungkin lebih besar. Harapan kita semua agar keseimbangan pelaksanaan nilai-nilai global dapat terjaga baik, semua sama-sama diperhatikan dan tidak ada nilai global yang lebih tinggi dari nilai global lainnya. Dalam pelaksanaan 5 nilai global, tentu Indonesia memiliki banyak tantangan, tetapi dengan tekad dan kemauan kuat pasti tantangan-tantangan dapat diatasi. Saya mengambil kesimpulan bahwa dengan prespektif yang seimbang, Mama Aletta akan menggerakkan dan memperjuangkan realisasi 5 nilai global untuk mentransformasi Indonesia.

8. Kesimpulan

Peristiwa Mama Aleta meraih hadiah anugerah The Goldenman Environmental Prize Award di San Fransisco, AS pada bulan April 2013 adalah peristiwa kemanusiaan yang sangat besar bagi orang Indonesia. Dunia internasional telah mengakui sepak terjang seorang perempuan Mollo-NTT dalam perjuangan membela lingkungan hidup dari para perusak yang brutal menambang tambang marmer di Mollo-NTT. Peristiwa itu adalah kemenangan besar yang diraih Mama Aleta Baun di bidang pembelaan lingkungan hidup. Sekaligus merupakan peristiwa kekalahan bagi para pelaku kekerasan di Mollo-NTT. Juga peristiwa menangnya kejujuran, menangnya perjuangan emansipasi wanita, menangnya solidaritas dalam keadilan dan menangnya perjuangan non kekerasan.

Setiap orang di Indonesia harus melakukan pantang kekerasan, solidaritas dalam keadilan, memperjuangkan kesetaraan pria dan wanita, melakukan kejujuran dan harus punya tanggung jawab ekologis. Tanggung jawab ekologis bukan hanya membela kelestarian lingkungan hidup saja, tetapi harus siap-siap untuk mengekspor hasil bumi ke daerah-daerah yang rawan pangan akibat pertambahan jumlah penduduk. 

Kita harus mengetahui jejak ekologi kita sendiri berupa seberapa luas lahan untuk hidup, konsumsi energi, makanan, kayu, ruang untuk infrastruktur dan menyerap limbah, termasuk emisi C02. Oleh karena itu perlu digalakkan perubahan gaya hidup yang sadar lingkungan, hemat energi, belanja secukupnya, biasakan mendaur ulang. Kesetaraan jender, kejujuran, pantang kekerasan, solidaritas dan tanggung jawab ekologis harus diperhatikan setiap orang tiap-tiap hari. Nilai-nilai global bukan hanya kewajiban untuk dijalankan tetapi merupakan kebutuhan penting dalam dunia sekarang yang pada 15 November 2022 ini akan memiliki 8 miliar umat manusia sejagat.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun