Nilai global kejujuran berarti kesesuaian antara berbicara, berpikir dan berbuat yang benar dan baik. Nilai kejujuran harus berasal dari hati nurani yang suci, bermartabat dan bersih. Nilai kejujuran adalah kebajikan berdasarkan hati nurani yang suci dan bening. Orang yang jujur akan dikenang selalu. Dengan melakukan kejujuran, kaum warga Mollo memeroleh jalan keluar dan mereka memenangkan perjuangan mereka mengusir para penambang marmer dan melakukan konservasi untuk memulihkan lingkungan hidup.
6.5. Tanggung Jawab Ekologis
Tanggung jawab ekologis adalah kunci perjuangan Mama Aleta. Selama 13 tahun Mama Aleta berjuang untuk mengusir para penambang keluar dari TTS, usahanya terbukti berhasil. Tidak berhenti sampai di situ, setelah para penambang berhasil diusir keluar, Mama Aleta bersama kelompoknya melakukan konservasi lahan-lahan dan alam yang rusak dengan penghijauan. Tujuan untuk mengharmoniskan kembali keseimbangan alam yang rusak akibat penambangan marmer. Sampai sekarang Mama Aleta giat mengkampanyekan kelestarian alam di bumi Mollo-NTT. Dengan perjuangannya menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup, perjuangan Mama Aleta mendapat dasar yang kuat. Dengan pendasaran kuat pada pelaksanaan nilai tanggung jawab ekologis, 4 nilai global lainnya dapat berkembang dengan sangat baik.
7. Lima (5) Nilai Global untuk Transformasi Politik Indonesia yang Lebih Baik
Kondisi Indonesia hari ini masih menyimpan banyak masalah namun memiliki 2 peluang emas. Beberapa masalah penting adalah perang Ukraina-Rusia, Pandemi Covid-19 yang mendatangkan resesi ekonomi, jumlah penduduk yang tinggi dengan konsumsi sumber daya alam berlebihan dan emisi CO2 yang selalu meningkat. Dua peluang emas Indonesia sangat penting yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan bangsa adalah posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 dan posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023. Â
Menurut pengakuan Mama Aleta kepada Siti Maemunah (2016), isu lama yang masih tetap ada adalah banyak anak muda meninggalkan kampong pergi ke luar negeri dan  ke Kalimantan  untuk mencari nafkah. Lebih dari 14 ribu orang muda NTT yang ke Malaysia dengan hanya 35% yang punya surat ijin. Jumlah terbesar TKI berpotensi jadi korban traficking, perdagangan manusia. Sedangkan pekerja di Kalimantan adalah pekerja tanpa upah layak dan jaminan kesehatan yang kurang dengan jumlah yang makin banyak. Makin banyak orang meninggalkan kampung mencari penghidupan karena musim yang berubah di kampungnya,  makin susah diramalkan, jumlah hujan berkurang, atau datang terlalu cepat, sehingga gagal panen, dan mengalami kelaparan, terutama di daerah pesisir. Tapi alam berubah ini tidak terjadi dengan sendirinya. Perusakan hutan di masa lalu, program reboisasi yang mengubah tanaman asli dan penanaman Hutan Tanaman Industri.
Tak cukup mencapai kelestarian lingkungan hidup dengan hanya melakukan demonstrasi dan penghijauan. Mama Aleta memutuskan terjun di bidang politik. Ia menjadi politikus PKB dan terpilih menjadi anggota DPRD 1 NTT (2014-2019). Lewat jalur politik, dia bisa berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan hidup dan generasi masa depan..
Nama Aleta Baun adalah figur politikus wanita Indonesia saat ini yang memiliki pendasaran yang kuat dalam kiprah perjuangan politiknya di masa lalu. Mama Aleta Baun dikenal publik karena aktivitasnya menolak tambang Marmer di Mollo di masa lalu. Ia berhasil membuat para penambang menghentikkan seluruh aktivitas menambang di TTS-NTTpada tahun 2010. Setelah tahun 2010, dia berjuang melakukan konservasi untuk memulihkan alam di bekas penambangan marmer di gunung Mutis. Setelah pulih, gunung Mutis siap menjadi ekowisata yang manarik bagi wisatawan. Selain itu, alam yang pulih menyediakan makanan, bahan tenunan dan keberlangsungan penghidupan yang layak bagi seluruh warga. Ia punya dasar kuat yaitu narasi dan kekuatan masyarakat adat yang dibentuknya untuk menjadi politikus wanita Indonesia. Kekuatan masyarakat adat dalam lembaga adat yang dibentuknya bersifat abadi dan keberadaan masyarakt adat tidak berubah, tetap.
Penampilan seorang politikus wanita di era pasca Reformasi di Indonesia semakin menarik perhatian. Di era Indonesia sekarang, sosok wanita politikus disoroti dari sisi rekam jejak sebagai politisi pada umumnya. Hal itu disebabkan kondisi emansipasi kaum wanita Indonesia di zaman pasca Reformasi ini sudah membaik. Di tingkat elit pemerintahan Indonesia, sudah ada wanita Indonesia yang menjadi Presiden dan Wapres RI. Terdapat banyak wanita Indonesia sudah menjadi Menteri, Gubernur, Bupati, Camat, Kepala Desa, Duta Besar, Ketua DPRD I dan II, anggota Legsilatif, Yudikatif, Jenderal, dll. Sudah ada wanita Indonesia yang menjadi Ketua DPR RI. Tetapi Mama Aleta adalah tokoh perempuan yang unik karena ia memiliki pendasaran yang kuat pada perjuangan kelestarian lingkungan hidup.
Oleh karena itu ketika DPP PKB pada tahun 2019 mendudukkan Mama Aleta Baun  sebagai Sekretaris DPP Bidang Lingkungan Hidup dan Pariwisata, publik teringat akan sepak terjang Mama Aleta. Alam Mollo yang dahulunya rusak oleh para penambang telah diubah untuk menjadi surga ekowisata oleh Mama Aleta dan para wanita Mollo. Alam Mollo sebagai tempat kaum wanitanya mengambil makanan, bahan tenunan dan penghidupan yang layak dapat lestari.
Bagaimanapun juga penampilan sosok wanita dalam dunia politik Indonesia di era Internet yang sebagian besar cita-cita emansipasi wanita Indonesia sudah terjawabi patut dilihat secara hati-hati. Pengalaman Pilpres 2019 masih membekas dalam ingatan publik. Saat itu dalam diri Emak-Emak, gerakan kaum wanita sering dinarasikan dengan kebencian, kekerasan dan hoaks akibat kurangnya literasi.