Gara-gara iseng hendak mencicipi bagaimana rasa kopi ''BRAZIL - bourbon - Rio Verde'' tatap mereka berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Tak terhitung berapakali Sam memohon Dewi untuk mampir ke rumahnya, berkenalan dengan orang tuanya. Namun, kesibukan pekerjaan Dewi sebagai manajer lapangan pada perusahaan Pharmacy, belum berhasil mempertemukan wanita idamannya ini kepada orang tuanya.
Bahkan, teman-teman Sam acap menggodanya. ''Jangan terlalu lama, ntar disamber orang!''
Kecantikan wajah Dewi dan kecharmant-an sikapnya, menghadiahkan kesempurnaan penampilan seorang wanita. Tak mengherankan, bila banyak mata pria yang meliriknya. Bahkan kolega Dewi yang telah beristri dan beranak empat bersedia menceraikan istri dan berpisah dengan anak-anaknya.
Bangir bentuk hidung Dewi, lekuk pinggul dan bantalan pantatnya yang ala J.Lo acap mencuri perhatian para pria. Sam menyadari kelebihan Dewi ini. Diam-diam ia merasa bangga tapi juga mengiri kesal.
Mata Dewi berkaca-kaca, terharu. Ketika Sam berlutut dihadapannya, meminangnya.
''Sam, ... baiknya kita beri waktu untuk hal ini,'' suara Dewi lirih.
Sam menarik tubuh Dewi lebih dekat, dan matanya tajam menerobos pupil mata Dewi.
''Kapankah, coba jelaskan untukku Dew?''
Perlahan Dewi menelan ludahnya sendiri, dan dengan sangat hati-hati ia mencoba menuntun Sam ke arah pikiran yang tenang.
''Dua tahun kita saling mengenal Dew, aku tak butuh fungsi pekerjaanmu. Aku perlu cintamu''