Sekalipun orang tua miskin dan terkena “badai” yang menghancurkan sumber-sumber daya ekonomi atau sumber biaya hidup dan biaya sekolah, tetap saja ada yang dapat diselamatkan. Misalkan, stok pangan, tanaman atau ternak yang masih dapat dimanfaatkan, alat-alat pertanian yang masih dapat digunakan, dll.
Selain itu, mahasiswa sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan untuk mencari nafkah untuk sementara waktu. Mahasiswa sendiri masih punya alat-alat perlengkapan belajar, termasuk fasilitas dan infrastruktur yang disediakan oleh kampus.
b. Kapasitas Sosial / Kelembagaan
Dalam kebanyakan musibah atau bencana, kerugian besar ada pada lingkup fisik/material. Akan tetapi, sekalipun sumber kekayaan fisik telah hancur, mahasiswa masih memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan masih punya teman/sahabat, keluarga dan organisasi-organisasi kemahasiswaan.
Mereka memiliki “pemimpin” (tokoh) dan sistem untuk mengambil keputusan. Mereka juga memiliki ikatan suku atau adat, atau ikatan dengan organisasi agama seperti mesjid atau gereja.
c. Kapasitas Sikap / Motivasi
Mahasiswa juga tetap memiliki sikap percaya diri yang positif dan motivasi yang kuat untuk tetap bertahan serta keberanian dan keinginan untuk saling memberi, melindungi dan menolong dalam berbagai situasi, kritis sekalipun. Faktor-faktor ini juga merupakan kapasitas yang menjadi basis untuk pemberdayaan diri mahasiswa itu sendiri, sama dengan sumberdaya fisik, ekonomi dan lain-lain.
Contoh tabel di bawah ini menunjukkan cara untuk mengelola potensi-potensi diri mengenai kapasitas dan kerentanan. Kondisi di mana tingkat kerentanannya tinggi dan kapasitasnya rendah, maka mahasiswa akan lebih mudah terkena musibah kegagalan. Ketika kapasitas tinggi dan kerentanan rendah, maka mahasiswa memiliki unsur “kekebalan” terhadap hambatan dan tantangan.
Standar penilaian untuk disebut lemah (rentan) adalah segala jenis potensi yang ada pada diri yang dapat diprediksi akan menghambat proses tercapainya tujuan; seperti tingkat pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan materil. Jujur pada diri sendiri, maka kekurangan-kekurangan apa saja yang dimiliki yang dinilai sebagai kelemahan potensial disadari dan diterima, untuk kemudian dirubah melalui motivasi, sugesti diri dan jiwa besar.
Sebaiknya, untuk membatasi bencana kegagalan beserta dampaknya dilakukan dengan mendukung pengembangan kapasitas dan mengurangi kerentanan; maka semua upaya pemberdayaan seharusnya memiliki unsur pencegahan dan kesiap-siagaan.
Mengamankan program (security) adalah upaya efisiensi dan mengefektifkan segala kegiatan serta dengan mencegah, menghindar dan/atau sekali mendobrak hambatan yang mungkin bisa terjadi. Katakan “YA” bila seharusnya “YA”; atau katakan “TIDAK” bila seharusnya “TIDAK”. Standarnya ialah, efisiensi dan efektivitas segenap sumberdaya (input material, kerja dan waktu) sepanjang jalur proses menuju sasaran/target/tujuan (goal).