"Mirna ... Mirna! Kau memang gila! Dasar perempuan, maunya harta terus."
Tak mau selalu tersakiti, Marno mencoba memupus harapan-harapannya untuk memiliki Mirna.
Biarlah kali ini hatinya dilepaskan. Setiap kali hatinya terluka, membesar dan makin membesar. Seperti ada nanah di dalamnya. Daripada menjangkiti organ yang lain, hatinya diambil.
Keesokan hari, Marno mencari kardus besar untuk membungkus hatinya yang menganga terluka. Dia akan ke kantor pos mengirimkan lewat paket bungkusan rapi hatinya. Biar Mirna tahu bahwa Marno begitu menyayanginya, sampai hatinya pun telah dibungkus dipaketkan untuknya.
"Mirna, seandainya kau tahu, begitu besar rasa cintaku padamu, hingga aku pun rela memberikan hatiku padamu."
"Kau tak pernah menyadari. Biarlah sebentar lagi paketku datang ke rumahmu."
Anehnya di kantor pos banyak pengunjung antrean yang membawa paketan mirip dengan milik Marno.
Iseng Marno bertanya pada salah satu pengunjung yang membawa kardus paketan cukup besar. Mungkin berupa TV 24 inch.
"Mbak, membawa paketan juga ya. TV ya Mbak?"
"Bukan, ini hati saya yang telah terluka sehingga menjadi sebesar TV. Saya akan paketkan pada calon suami yang tiba-tiba meninggalkan saya tanpa kabar berita. Saya akan paketkan ke rumahnya," jawab wanita itu panjang lebar.
"Wah sama dong Mbak. Saya juga akan memaketkan hati saya," jelas Marno ramah.