Seperti biasa, dengan sedikit membungkukkan badan, Inem melaporkan hasil kerjanya.
"Den Putri, sarapan sudah siap di meja makan, silakan dinikmati."
"Wah, cepet men, Nem. Ya, matur nuwun, aku tak sarapan dhisik, ya, Nem," kata Den Darmo sambil berjalan menuju meja makan.
Wajahnya terlihat sangat cerah, karena menu kesukaannya sudah terhidang di meja makan.
Inem memperhatikan majikannya yang langsung mengambil piring yang tersedia, seketika itu dia langsung protes.
"Den Putri, kok nggak wijik dulu, to?"
Majikannya tertawa lepas mendengar protes Inem yang tiba-tiba.
"Walah ya, lali, Nem, karang selak ngelih j. Ya tak wijik dhisik."
Inem langsung menuju dapur, membersihkan alat masak dan mencuci pakaian.
Den Darmo kini mulai mengambil nasi, dan ayam pesanannya. Dia mengambil sepotong ayam tersebut, tanpa menggunakan sendok dan garpu, seperti kebiasaannya. Katanya lebih enak bila makan dengan tangan.
Beberapa saat kemudian, Den Darmo berteriak-teriak lagi memanggil Inem pembantu rumah tangga andalannya.