"Ealah kok ra lek menyat, selak awan, aku selak ngelih, Nem."
"Den Putri, apa ini cukup uangnya, daftar belanjanya sejagat j."
"Rasah protes apa meneh demo kaya sing akeh neng TV kae, pokoe teko lek mangkat, cepet!"
Inem pun tidak berani berkutik lagi, jika majikannya sudah terlalu rewel. Dia hanya mengelus dada, dan segera pergi melaksanakan tugas.
Inem kembali ke dapur dan segera mengambil tas plastik khusus untuk belanja. Sambil  pamit pada majikannya, dia pun berlalu.
Jarak pasar dan rumah Den Darmo hanya sekitar sepuluh menit jika jalan kaki, jadi Inem sudah menghemat biaya, tidak perlu menggunakan jasa ojek atau taksi.
Sepagi ini pasar sudah begitu ramai, karena kebetulan hari pasaran. Inem pun berdesak-desakan dengan sesama pengunjung pasar.
Dia pegang dompet uangnya dengan hati-hati, karena takut kecopetan.
Pernah ketika dia menjadi pembantu rumah tangga pertama kali, mendapat tugas berbelanja di pasar, tahu-tahu dompetnya amblas dibawa orang.
Dia pun menangis tergugu, karena takut kena marah majikannya.
Namun Alhamdulillah Inem dimaafkan, karena mungkin belum berpengalaman.