berdasarkan karakteristik tersebut tasawuf falsafi berbeda dengan tasawuf sunni. Menurut ibnu khaldun dalam karyanya muqaddimah,yang menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang berbeda dengan tasawuf sunni dan menjadi objek perhatian para sufi falsafi antara lain sebagai berikut
pertama, latihan rohaniah dengan rasa intuisi dan intropeksi diri. Mengenal latihan rohaniah baik dengan tahapan (maqam),keadaan (hal),dan rasa (dzauq), atau biasa dikenal dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu ) dan segala sesuatu yang dihasilkan intuisi,naluri perasaan,kontrol jiwa dalam setiap perbuatan. para sufi falsafi cenderung sependapat dengan para sufi sunni sebab masalah tersebut menurut ibnu khaldun merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak oleh siapapun
kedua,iluminasi (Istilah lain dari iluminasi adalah kasf) atau hakikat yang tersingkap dari alam ghaib,seperti sang pencipta,sifat-sifatnya, arsy,kursi,malaikat,wahyu,kenabian,roh,dan hakikat realitas. Dapat disimpulkan hakikat-hakikat segala sesuatu yang wujud baik yang tampak dan tampak,tatanan alam dalam kemunculannya dari zat yang mewujudkan dan membentuknya,Mengenal iluminasi atau kasf ini para sufi falsafi melakukan latihan rohaniah dengan mematikan keukatan syahwat dan menggairahkan roh dengan jalan menggiatkan dzikir. Menurut mereka dzikir membuat jiwa dapat memahami hakikat realitas
ketiga,khawariqul adah yaitu otoritas terhadap alam melalui berbagi bentuk karomah atau dapat di pahami dengan istilah peristiwa-peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan
Keempat,penciptaan ungkapan yang pengertianya sepintas samar-samar (syatahiyyat). Hal ini memunculkan reaksi masyarakat yang beragam baik mengingkari,menyetujui,maupun mengintepretasikannya dengan intepretasi yang berbeda-beda
Dari tinjauan mujahadah dan intuisi yang dihasilkan darinya seperti maqom(tigkatan) dan ahwal (kondisi) merupakan titik temu antara mereka dengan sufi-sufi lainya sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu khaldun “segala sesuatu yang tidak dipersoalkan oleh seseorang pun intuisi mereka dalam tasawuf adalah benar dan menhghasilkan sebuah kebahagiaan”
Sedangkan tentang hakikat kasf hakikat-hakikat wujud yang ditemukannya, ibnu khaldun mengatakan bahwa : “sufi-sufi falsafi melakukan olah diri dengan cara mematikan kekuatan indera dan menyirami ruh yang berakal dengan zikir sehingga jiwa mampu menemukan hakikat-hakikat tersebut dari zat jiwanya. Jika mampu menemukan itu mereka beranggapan bahwa segala wujud tercakup dalam temuanya tersebut mereka telah menguak isi keseluruhan hakikat-hakikat wujud” kemudian ibnu khaldun berkata : “kasf semacam itu muncul dari sebuah kelurusan yang bagi jiwa merupakan keterbukaan cermin yang senantia selaras dengan berbagai macam kondisi”[3]
Tasawuf falsafi juga memiliki karaktersitik khusus yang membedakan dengan tasawuf lainya diantaranya sebagai berikut.
Pertama, tasawuf falsafi banyak mengonsepsikan pemahaman ajaranya dengan menggabungkan antara pemikiran rasional filosofis dan perasaan (dzauq) kendatipun dengan demikian tasawuf jenis ini juga sering mendasarkan pemikiranya dengan mengambil sumber-sumber naqliyah, tetapi dengan intepretasi dan ungkapan yang samar-samar serta sulit dipahami dengan orang lain. Intepretasi tersebut cenderung kurang tepat dan dan lebih bersifat subjektif
Kedua, seperti halnya tasawuf jenis lain , tasawuf falsafi didasarkan pada latihan-latihan rohaniah (riyadhah) yang dimaksudkan sebagai peningkatan moral dan mencapai kebahagiaan
Ketiga, tasawuf falsafi memandang iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakikat realitas yang menurut penganutnya dapat dicapai dengan fana