Mohon tunggu...
zulfinas
zulfinas Mohon Tunggu... Lainnya - Nulis

Membaca dan menulis/tidak suka suara bising/topik paporit buku dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mudah Baginya 3

19 Agustus 2023   11:02 Diperbarui: 19 Agustus 2023   11:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari berlalu Mina tidak pernah keluar dari kamar, bahkan sekolah ia lakukan secara online di rumah, makanan dibawakan ke kamar, dan segala aktifitasnya ia lakukan didalam kamar.

Tidak ada lagi balapan liar, tidak ada lagi keluar malam sampai harus dijemput oleh Faren, dan tidak ada lagi suara berisik dari tingkah-tingkah konyolnya selama 3 bulan ini.


Rumah terasa hampa  semenjak kejadian itu, seperti ada sesutu yang besar hilang dri Rumah.


"Mina makanan lu gue simpan di depan pintu" Ucap Faren setelah meletakkan satu nampan makanan untuk Mina di depan pintu kamar.

Seperti biasa tidak ada jawaban dari Mina.


Faren menatap lama pintu kamar adiknya itu "Mina nanti mau gue beliin telur gulung gak?" Tanya nya pada si pemilik kamar. Dan tidak ada jawaban.


"Mulut cerewet lu gak gatal apa diam terus selama ini? " Faren tak tahan lagi. Dan sama saja tidak ada tanggapan.


"Ck ah" Faren berbalik meninggalkan kamar adiknya itu geram. Ingin rasanya ia menghajar si abdullah tapi... apaan. 


"Mina kakak mau masuk" Setelah Faren pergi, kini Rafa yang mengetok.


"Masuk aja" Ucap Mina.
Rafa masuk sambil membawa makanan yang ditinggalkan Faren di luar.


"Gimana tugasnya udah selesai? " Tanya Rafa.


"Udah" Mina datar.


"Baguslah ini jangan lupa makanannya habiskan" Rafa.


"Iya" Mina.


"Yaudah kalo gitu kakak berangkat kerja" Rafa mendekat dan mengelus kepala adik perempuannya itu lembut.


"Udahan patah hatinya, berhenti ngurung diri gini, kesehatan mental mu juga perlu dijaga, temui mama di dapur, katanya dia kangen di bantuin kamu" Rafa.


Mina diam tak menjawab, Rafa mengcup puncak kepala adiknya itu sebelum pergi.

Rafa adalah tipe orang yang datar, dingin, cuek tapi selalu penuh sayang sama adek-adeknya.

"Hiks... Hisk... Hikss... Huaaaa aaaa hiks aaa hiks" Mina malah nangis banget setelah kepergian Rafa.


"Yang bikin aku sakit hati itu bukan tentang ditinggal nikah, tapi karena aku udah jahat sama diri aku sendiri. Aku bertingkah seperti berandalan padahal aku cewek, aku mempermalukan diriku sendiri dengan semua angan-angan kosong, dan aku merepotkan semua orang dengan tingkah kekanak-kanakan ku selama ini, aku seperti orang tidak tau malu" Mina yang selama 3 bulan ini merenungkan seluruh perbuatan buruk yang telah ia lakukan, dan akhirnya bertobat. 


Ia kembali menangisi dirinya yang menyedihkan itu, tak lupa dengan istighfar yang terus ia ucapkan dalam hati. 

Hanya itu serta sholat yang mulai kembali ia tegakkan, menjadi obat agar ia tetap waras berada didalam kamar selama tiga bulan ini.

"Simpan disitu aja nak, biar mama yang cuci" Mama menghentikan kegiatan Mina yang akan mencuci piring. Hingga  Ia akhirnya memutuskan keluar dari kamar hari ini.


"Gak apa-apa ma, biar Mina aja, cuma ini juga" Mina.


Seketika hati mama meleleh mendengar kata-kata yang baru saja Mina ucapkan.


"Ma" Panggil Mina.


"Iya" Mama.


Mina langsung memeluk sosok yang di telapak kakinya itu ada surga  "maafin Mina selama ini ma, Mina sangat keterlaluan nakalnya" Ucap Mina penuh penyesalan.


Mama mengelus punggung anak perempuannya itu lembut,entah kapan terakhir kali ia mendengar permintaan maaf yang tulus dari mulut mungil anak gadisnya itu "sadar juga kamu ya" Ucap mama kemudian mengecup kening Mina.


"Ma boleh minta es coklatnya lagi" Rafa menghentikan langkahnya melihat Mina yang berada di dapur.


"Sini aku ambilkan" Mina mengambil gelas kosong dari tangan Rafa dan mengisinya dengan es coklat dari lemari es.


"Nih" Mina menyerahkan kembali gelas itu pada Rafa.


"Oh makasih" Rafa dengan wajah datarnya, yang sebenarnya terkejut bukan main dengan perubahan adik bungsunya itu.


"Ohiya kak nanti malam aku mau belajar bareng kakak, boleh nggak? Kak Rafa nggak sibuk kan?" Mina.


"Ng nggak, datang aja ke kamar" Rafa makin dibuat terkejut.


"Okedeh, ma kacang ini diletakkan dimana? " Mina kembali sibuk bersama mama.


"Alhamdulillah ya Allah, sungguh ini pemandangan terindah yang kulihat" Ucapan Rafa dalam hati penuh syukur.


Keesokan paginya


Faren menikmati sarapannya bersama-sama di meja makan, kecuali Mina. Seperti biasa di tiga bulan ini. 


Sudah tiga bulan lebih anak itu tidak ikut sarapan bersama semenjak patah hatinya. Faren sendiri bingung ingin menghibur dengan cara bagaimana agar anak itu kembali ceria seperti biasa, sungguh dia sangat kasihan dengan adiknya itu.


"Selamat pagi semua" Mina.


"Pagi" Faren merasa ada yang janggal.


"Mina? Subhanallah ukhti" Faren terkejut sampai hampir terjungkal dari duduknya.


"Mina? " Tanya Faren pada Mina yang kini telah berpenampilan 180 derajat berbeda dari penampilannya dulu.


Mina mengenakan rok sekolah panjang, baju lengan panjang, dan jilbab menutupi dada.


Mina tidak peduli dengan reaksi Faren, ia langsung duduk di kursi dan memulai sarapannya.


Kring!


Suara keras dari piring papa yang terkena sendok membuat seluruh orang di meja makan terkejut.


"Umi? Ini kamu sayang?" Papa terharu.


"Iya pa" Mina dengan senyum cerahnya.


"MasyaAllah anak mama cantiknya pakai jilbab, udah benar-benar mirip sama mama, iya kan pa? " Mama memeluk Mina dari belakang kursi.


Papa tersenyum sebagai tanggapan. Rafa juga ikut tersenyum melihat itu, hanya Faren yang masih berusaha mencerna.


Setelah sarapan, semua langsung berangkat ke pekerjaan masing-masing.
Faren mengantar Mina ke sekolah, papa ke pekerjaannya, dan Rafa ke rumah sakit.

Mulai sejak itu Mina telah banyak berubah, ia tidak lagi melakukan kebiasaan-kebiasaan nakalnya. Ia mulai berhijrah dan belajar banyak tanpa berbantah-bantah meski masih sering bermalas-malasan tapi itu jarang.


"Dulu aku bebas bersikap seenaknya dan berharap aku akan bertemu dengan sosok yang akan menuntunku kejalan yang benar, kupikir aku yang buruk rupa ini akan dipertemukan oleh dia yang sempurna agar kelak menjadi pribadi yang baik namun ternyata yang baik tetaplah akan bersama yang baik, yang buruk akan bersama yang buruk. Untuk mendapatkan yang terbaik aku juga harus jadi yang terbaik, karena itu aku akan berusaha yang terbaik untuk diriku, aku tidak akan berharap pada siapapun lagi untuk menjadikan ku orang baik. Aku memang harus memulai dari diriku sendiri bukannya malah berharap diubah oleh orang lain" Cerita Mina pada dirinya, padahal tanpa sadar harapannya untuk diubah oleh orang lain itu benar terwujud, meski tak sejalan dengan ekspektasinya.

Bukankah Abdullah benar-benar telah mengubah Mina semenjak hari itu?
_______

Tiga tahun berlalu tanpa terasa Mina telah lulus dari sekolahnya.


Perjalanan tiga tahunnya disekolah dipenuhi banyak warna, meski sempat kelabu tapi Allah begitu sangat baik hingga dengan mudahnya segalanya di bolak balikkan.


Mina yang sebelumnya terkenal berandal kini telah berganti menjadi murid teladan peringkat pertama di sekolahnya, dan ia bawah lulus nama baik itu, alhamdulillah.


Rencananya Mina akan lanjut kuliah di kota lain nantinya, bahkan ia sudah daftar jauh waktu lalu dan dia diterima. Sungguh ia sangat bahagia.


"Mina, selamat ya" Seseorang menghampiri Mina dengan membawa sebuah kotak kado.


"Eh wahhh makasih" Mina.


"Cieee jadi lulusan terbaik, iri deh aku" Ucap orang itu.


"Apasih, kamu juga lulusan terbaik tau" Mina.


"Tapi bukan nomor satu" Balas orang itu.
Mina menatap orang itu bingung, ia harus bersikap bagaimana. Baru ketemu juga.


Orang itu adalah peringkat kedua terbaik di lulusan kali ini, Mina jarang bertemu dengannya karena beda kelas, lagi orang itu terkenal sebagai cowok perfect di sekolah dan sulit diajak berteman karena sifat dinginnya. Bahkan Mina tidak pernah bicara padanya sebelumnya.

"Wahhh serasi banget kalian kiw" Goda seseorang ditengah keramaian kelulusan, membuat orang-orang di sana bersorak setuju atas godaan itu.


Mina mengernyit bingung dan malu, apa-apaan ini, ia tidak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi.


Sedangkan orang yang di comblangin dengan Mina itu malah senyum-senyum sok asik, membuat Mina jengkel sendiri melihatnya.


"Teman-teman udah" Ririn si besti Mina maju.


"Aku ambil Mina dulu ya, ada perlu di ruang guru" Ucap Ririn dengan cengiran kudanya kemudian menarik Mina pergi dari kerumunan.


"Huh Rin makasih bnget, aku benar-benar hampir pingsan gara-gara atmosfer lapangan yang tiba-tiba berubah tadi" Mina.


"Aku yang makasih, karena kamu udah mau temani aku ke ruang guru" Ririn.


"Ah pokoknya makasih deh" Mina memeluk Ririn erat dari samping.

"Huaaa jadi gak mau pisah aku sama kamu" Ririn balas pelukan Mina tak kalah erat.


Mina dan Ririn akan lanjut di Universitas yang berbeda, itulah kenapa mereka merasa sangat sedih di upacara terkahir ini.


"Gak apa-apa nanti kita ketemu lagi di waktu-waktu luang" Mina.


"Jangan lepas kontak ya" Ririn.


"Pasti" Mina.


Setelah sesi perpisahan yang penuh haru bagi mereka, Mina akhirnya pamit pulang karena sudah di jemput.


Beberapa hari kemudian tibalah dimana Mina akan berangkat ke kota tempat ia akan kuliah.


Semua anggota keluarga hadir mengantarnya ke bandara kecuali Faren, karena kini ia sedang masa pelatihan menjadi tentara.


"Mina berangkat Assalamu'alaikum" Ucap Mina menyalami papa, Rafa, dan mama sebelum pergi.


"Waalaikumsalam jaga diri baik-baik nak, kalo ada apa-apa butuh apa-apa nelpon aja, jangan berlebihan belajarnya, perhatikan kesehatan, jangan bergaul sama orang-orang toxic, fokus pada tujuan mu nak" Mama terus mengoceh di kepergian Mina.


Mina hanya tersenyum sambil jalan mundur mendengar semua ocehan mamanya.


Jujur saja sebelumnya ia sangat ditentang kuliah keluar kota, namun pada akhirnya ia berhasil juga meyakinkan semua orang di rumahnya. Dan hari ini tibalah ia berangkat, semua orang sampai meluangkan waktu untuk mengantarnya kecuali Faren.


Mina melambai pada keluarganya sebelum benar-benar tidak terlihat lagi.


Beberapa menit kemudian pesawatnya terbang menuju kota yang ia tuju.


Mina sangat menikmati perjalanannya, hingga sampai di kosan tantenya yang ada di kota itu.


Mina juga mengabari mamanya setelah sampai di kosan.


"Huh sekarang waktunya belajar mandiri, gak boleh ngerepotin siapa-siapa lagi" Ucap Mina sambil merebahkan tubuh di tempat tidur barunya.


Tak butuh waktu lama kantuk pun melahapnya.
______

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun