"Udah" Mina datar.
"Baguslah ini jangan lupa makanannya habiskan" Rafa.
"Iya" Mina.
"Yaudah kalo gitu kakak berangkat kerja" Rafa mendekat dan mengelus kepala adik perempuannya itu lembut.
"Udahan patah hatinya, berhenti ngurung diri gini, kesehatan mental mu juga perlu dijaga, temui mama di dapur, katanya dia kangen di bantuin kamu" Rafa.
Mina diam tak menjawab, Rafa mengcup puncak kepala adiknya itu sebelum pergi.
Rafa adalah tipe orang yang datar, dingin, cuek tapi selalu penuh sayang sama adek-adeknya.
"Hiks... Hisk... Hikss... Huaaaa aaaa hiks aaa hiks" Mina malah nangis banget setelah kepergian Rafa.
"Yang bikin aku sakit hati itu bukan tentang ditinggal nikah, tapi karena aku udah jahat sama diri aku sendiri. Aku bertingkah seperti berandalan padahal aku cewek, aku mempermalukan diriku sendiri dengan semua angan-angan kosong, dan aku merepotkan semua orang dengan tingkah kekanak-kanakan ku selama ini, aku seperti orang tidak tau malu" Mina yang selama 3 bulan ini merenungkan seluruh perbuatan buruk yang telah ia lakukan, dan akhirnya bertobat.Â
Ia kembali menangisi dirinya yang menyedihkan itu, tak lupa dengan istighfar yang terus ia ucapkan dalam hati.Â
Hanya itu serta sholat yang mulai kembali ia tegakkan, menjadi obat agar ia tetap waras berada didalam kamar selama tiga bulan ini.