" Pak, saya ingin membeli satu pon mentega, tetapi saya tidak memiliki cukup uang untuk membeli nya..." kata ayah Atha yang belum sempat meneruskan perkataan nya.
" Maaf pak, untuk membuat mentega itu saya membeli bahan-bahan nya dengan uang. Dan sekarang bapak menginginkan mentega tapi tidak memiliki uang untuk membelinya. Mana mungkin saya memberikan kepada bapak secara cuma-cuma. Nanti saya bisa rugi dong pak!" potong si penjual mentega itu dengan nada yang sedikit kesal.
" Iya pak, saya mengerti. Dengarkan dulu penjelesan saya pak." kata ayah Atha dengan tenang.
" Saya memang tidak memiliki uang untuk membeli mentega itu. Tapi saya punya sisa roti yang nantinya akan saya tukar dengan mentega itu. " sambung ayah Atha.
" Baiklah. Kalau begitu bapak membutuhkan berapa banyak mentega? " Tanya si penjual mentega.
" Saya hanya membutuhkan satu pon mentega. Dengan begitu saya akan memberikan satu pon roti kepada bapak sebagai gantinya. " jawab ayah Atha.
Akhirnya, kedua nya pun saling menyetujuinya. Setelah, ayah Atha menerima satu pon mentega dan si penjual mendapatkan satu pon roti, si penjual pun memutuskan untuk menimbang berat roti.
Dan melihat apakah dia mendapatkan jumlah yang tepat atau tidak. Ternyata berat roti itu tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan, berat roti itu kurang dari satu pon.
Mengetahui hal itu, amarah si penjual mentega langsung memuncak. Ia tidak terima dengan perlakuan ayahnya Atha. Si penjual mentega merasa di tipu oleh si penjual roti, ayahnya Atha.
" Apa-apa an ini? Apa maksudnya? Lihat roti, ini tidak sesuai dengan apa yang bapak janjikan. Bapak coba tipu saya ya?! " kata si penjual mentega dengan kesal.
"T-tapi kan pak..." belum sempat menjelaskan omongan nya, pembicaraan nya di potong si penjual mentega.