Mohon tunggu...
Zulfaa Safinatun
Zulfaa Safinatun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Maa Fii Qalbi Ghairullah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berdamai dengan Kehidupan

24 Februari 2021   21:00 Diperbarui: 24 Februari 2021   21:06 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Gadis kecil itu menatap kakak nya dengan air mata berlinang dan menangis.

" Oh itu kak, sama sekali tidak kosong. Haura meniup ciuman ke dalam kotak. Semua nya hanya untuk kakak. Ini hadiah yang aku berikan untuk kakak. " katanya dengan isak tangis yang terdengar.

Hati sang kakak hancur. Dia tak menyangka bahwa adik nya begitu menyayangi nya. Dia sungguh malu dan menyesal atas perilaku nya. Padahal dulu, ketika ia berusia enam tahun ia telah mendapatkan pelajaran hidup dari pengalaman sebelum nya. Tetapi hari ini, ia telah mengulangi kesalahan yang sama. 

Amarah nya tak dapat di kontrol, hingga akhirnya amarah nya diluapkan kepada Haura yang masih kecil itu. Rasyad ingin meminta maaf kepada adik nya atas perbuatan nya. Tetapi Haura yang malang itu memilih pergi dari rumahnya. Karena ia merasa ia tidak dihargai dan sekarang kakak nya marah kepada nya. Haura lari dengan air mata nya yang masih mengalir. Ia tak percaya kakak nya bisa semarah itu kepada nya. Atha, Alisha dan juga Rasyad mengejar Haura sebelum ia pergi lebih jauh lagi.

Hanya beberapa saat kemudian, sebuah kecelakaan merenggut nyawa anak itu. Haura ketabrak mobil ketika di persimpangan jalan. Ayah nya berusaha menyelamatkan putri kecil nya itu. Tapi apalah daya, ia kalah cepat dengan kecepatan mobil itu. Segera ibu nya menghampiri Haura dan memeluk nya, di susul oleh Atha dan juga Rasyad. Darah bercucuran dimana-dimana, badan Haura lemas tak berdaya karena kehabisan darah. Atha mengecek denyut nadi nya Haura.

" Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.. " kata Atha sambil menangis.

Sontak mereka menangis sedih melihat Haura yang sudah tak bernyawa. Sudah kali ke tiga Atha kehilangan orang yang di sayangi nya. Segera setelah itu, mereka membawa Haura ke rumah nya dan mengurus pemakaman nya. Haura dimakamkan di sebelah makam kakek nya, yaitu ayah nya Atha. Melihat kepergian Haura, Rasyad sangat menyesali perbuatan nya. Ia menyalahkan diri sendiri atas kematian Haura. Kalau saja, kala itu Rasyad bisa mengontrol amarah nya mungkin saja saat ini Haura masih berada di samping nya bersama keluarga. Sudah terlambat, kini hanya tinggal kenangan.

Sudah bertahun-tahun lama nya mereka menyimpan kotak di samping tempat tidur nya Haura dulu. Mereka masih menyimpan kenangan bersama Haura untuk mengobati sedikit rasa rindu mereka kepada Haura. Setiap kali Rasyad berkecil hati, dia akan mengeluarkan ciuman imajiner dan mengingat cinta dan kasih sayang adik kecil tersayang yang telah meletakkan nya di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun