" Alishaa... " teriak ibu Astri dari dalam rumah memanggil Alisha.
" Iyaa bu, sebentar. " ucap Alisha sambil bergegas masuk kedalam.
" Ibu? Tanda nya memang benar bahwa Alisha adalah anak nya Bu Astri. " gumam Atha.
Setelah mengetahui tempat tinggal Alisha, ia pun segera pulang ke rumah nya karena tidak ingin Alisha mengetahui bahwa ia kesini hanya untuk menemui nya dann mencari tahu tempat tinggal nya. Ketika Atha sudah pergi dari rumah Bu Astri, Alisha pun keluar dari rumah nya dengan membawa segelas es jeruk segar. Tadinya minuman itu untuk Atha, tetapi Atha sudah pergi.
***
Semakin hari berlalu, Atha dan Alisha sering bertemu. Kini mereka mengenal lebih dekat satu sama lain. Atha tidak mau berlama-lama menahan perasaan nya. Sehingga Atha meminta Pak Rahmat untuk menjadi wali ketika melamar Alisha sebagai pendamping hidupnya. Pak Rahmat, Bu Ratna dan juga Bu Astri memang sudah merencanakan untuk mengenalkan Alisha pada Atha dan juga sebaliknya. Tapi ternyata mereka sudah mengenalnya lebih dulu. Alisha sempat mengatakan kepada Atha bahwa dia memang tidak tinggal di kampung bersama ibu nya. Ia datang jauh-jauh dari kota ke kampung hanya untuk melepas rindu kepada ibu nya. Ibu nya member tahu bahwa Alisha akan dikenalkan kepada seorang lelaki pilihan ibu nya untuk di jadikan pendamping hidup nya. Ternyata lelaki itu adalah Atha.
Suatu hari, Atha beserta kedua orang tua nya yaitu Pak Rahmat dan Bu Ratna mendatangi rumah Bu Astri. Maksud dari kedatangan mereka tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk melamar Alisha. Mereka berdua saling mencintai dan saling menyayangi satu sama lain. Hingga akhirnya mereka memasuki tahap yang lebih serius yaitu pernikahan. Pernikahan di laksanakan di gedung yang sudah di sewa untuk acara resepsi. Pernikahan berlangsung dengan lancar, kini mereka adalah pasangan yang halal di mata hukum. Semua orang bersuka ria tanpa terkecuali.
Waktu terus berjalan, kini mereka di anugerahi seorang putra dan calon anak yang sedang di kandung Alisha, dengan usia kandungan menginjak masa akhir. Seorang putra itu bernama Rasyad Alfahri. Ia adalah seorang anak yang tampan seperti ayah nya, namun ia memiliki sifat yang berbeda. Menginjak usia enam tahun, Rasyad menjadi seorang anak kecil yang memiliki temperamen yang sangat buruk. Ia mudah sekali untuk marah bahkan pada hal yang sebenarnya sepele.
Atha ingin mengubah sikap anak nya yang kurang baik itu. Hingga akhirnya Atha memutuskan untuk menyerahkan sekantong paku dan mengatakan bahwa setiap kali Rasyad marah, ia harus memukulkan paku ke pagar. Awalnya Rasyad tidak mau melakukan apa yang dikatakan ayah nya itu. Tetapi ketika ibu yang menyuruhnya untuk mematuhi perkataan ayah nya barulah Rasyad mau melakukan nya.
Pada hari pertama, Rasyad sudah memukulkan sebanyak 37 paku ke pagar itu. Artinya ia sudah meluapkan emosi nya sebanyak 37 kali. Lama kelamaan Rasyad sudah lelah dengan semua ini. Ketika ia marah ia harus memukulkan paku ke pagar dan itu membuat tenaga nya terkuras. Akhirnya secara bertahap Rasyad mulai mengendalikan emosi nya selama beberapa minggu ke depan. Di lihat dari jumlah paku yang dipalui nya perlahan-lahan berkurang. Itu menunjukkan hal positif, tanda nya rencana Atha berhasil untuk mengubah sikap nya menjadi lebih baik lagi. Kini Rasyad dapat lebih mudah mengendalikan emosi nya daripada membenturkan paku-paku itu ke pagar.
Akhirnya, hari itu tiba ketika Rasyad tidak kehilangan kesabaran sama sekali. Dia memberi tahu ayah nya berita itu . Ayah nya menyarankan kepada Rasyad untuk mencabut paku setiap hari agar dia bisa mengendalikan emosi nya. Rasyad bisa mencabut satu jika dalam sehari penuh ia dapat mengontrol emosi nya. Hari-hari berlalu dan Rasyad akhirnya bisa memberi tahu ayah nya bahwa semua paku sudah di cabuti nya. Atha bangga pada Rasyad karena sekarang ia menjadi orang yang dapat menahan emosi nya dengan baik. Sang ayah memegang tangan putra nya dan membawa nya ke pagar tersebut. Atha ingin menunjukkan lubang-lubang bekas paku di pagar itu.