Mohon tunggu...
Zulfan Elba
Zulfan Elba Mohon Tunggu... Buruh - Last Hope for Last Love

Penulis amatir yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Last Hope for Last Love Jilid 3: Yang Terbaik

30 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 30 Juni 2022   09:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pertama berjumpa dengan mereka, benar-benar hambar tak ada rasa. Dari jauh diriku memandang, terlihat sekelompok wanita mengenakan baju putih dan celana hitam. Seketika ku tatap mereka dengan wajah tertutup masker, menggarisbawahi pandanganku untuk beralih dari pekerjaan. Perintah terus menggiringku untuk fokus, aku pun mengalihkan perhatianku dari mereka sembari menyembunyikan luka yang sudah kering namun masih berbekas. Dengan langkah panjang, aku pun pergi meninggalkan mereka.

Seiring berjalannya waktu, aku terlilit dengan rasa penasaran ketika mereka telah dibagi tugasnya masing-masing. Tiga orang wanita berhasil membuatku lupa artinya cinta, mereka masing-masing bernama Tika, Risma dan Yati yang bertugas membantu pekerjaan membuat hidangan penutup maupun jajanan pasar. Dalam tiga bulan, mereka harus melakukan praktik kerja lapangan dari kampus demi memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Jauh dari keluarga dan orang-orang tersayang bukanlah sebuah hal yang mudah tentunya buat mereka, sama seperti apa yang kurasakan beberapa tahun yang lalu ketika magang pada salah satu pabrik pengolahan susu di Jawa Barat. Rasa simpatik muncul melihat loyalitas mereka untuk perusahaan tempatku bekerja. Waktu, tenaga dan pikiran mereka tuangkan semuanya, berharap dapat menuai hasilnya dikemudian hari. Mengetahui bahwa usia mereka sama denganku, aku pun mulai menghilangkan sedikit urat malu untuk berbagi cerita. Mereka pun terlihat begitu antusias.

Aku pun penasaran untuk mengetahui siapa mereka bertiga sebenarnya. Dengan bantuan media sosial, akhirnya aku berhasil menemukan nama lengkap mereka. Tanpa basa-basi sebelumnya, aku pun bertanya benarkah nama lengkap mereka yang terlontar dari mulutku. Mereka menjawab, " kok kamu bisa tau sih ? " Aku pun menjawab, " Ada deh... " sambil merekahkan senyum lebar kepada mereka.

Diselimuti rasa penasaran, membuat mereka memeriksa akun media sosialnya. Akhirnya mereka pun mengetahui sebabnya dan menerima permintaanku untuk mengikuti. 

Salah satu dari mereka ternyata tertarik dengan karya picisan milikku, yaitu Tika. Bahkan dia mengaku telah membaca seluruhnya dari jilid 1 ke jilid 2. Aku pun sangat senang dia telah mengikuti perjalananku menjadi penulis, apalagi jika Risma dan Yati pun ikut tertarik. Tika pun memberiku saran agar aku bisa membuat cerita fiksi. Namun komitmen ku sangat kuat untuk menamatkan cerpen berjilid sampai menjadi sebuah novel. Ku hargai saran itu, akan kupendam dan suatu saat akan ku gali bersama sosok yang menutup kisah di " Last Hope for Last Love ".

Ada satu hal menarik lainnya. Ternyata, Tika dan Yati mengetahui siapa sosok Pita yang sebenarnya dalam cerpenku. Seketika aku terkejut dan bertanya, " Kenapa kalian bisa tau ? ". Mereka tak memberikanku jawaban pasti dan Yati hanya berkata " Kami tinggal di desa yang sama dengannya, yaitu kota Seburing. Lalu aku menunjukkan kepada Tika sebuah surat kecil yang isinya tentang ajakan bersemangat untuk pastry chef, Kak Wenny dan Pak Iwan. Surat yang sampai sekarang masih melekat di dinding pastry itu, menjadi salah satu kenangan tersendiri untukku.

Dari kejadian itu, aku pun mulai membuka keran perasaanku kepada Tika. Namun tak selebar apa yang telah kuberikan kepada Pita, aku lebih berhati-hati dengan setiap keputusan yang ku jalankan. 

Aku merasa senang, ketika departemen tempatku bekerja kedatangan lagi 3 wanita dari kampus yang sama. Namanya masing-masing Fatma, Melly dan Lesty. Ini menjadi kesempatan besar untukku lebih banyak berinteraksi dengan wanita, mengetahui karakter dan seluk beluk kehidupan mereka. Sosok mereka semua yang jauh dari kata angkuh dan dekat dengan kata ramah, sangat menunjukkan dedikasi mereka walaupun hanya sekedar praktik kerja lapangan. 

Hari berganti bulan, aku tetap berusaha bertahan. Perlahan tapi pasti, aku mulai menghidupkan keberanian yang telah lama mati. Untuk tetap terhubung dengan mereka, aku pun meminta salah satu dari kontak mereka bertiga, yaitu milik Risma. Bukan karena dia yang terbaik, tapi dia lah salah satu dari mereka bertiga yang enak diajak ngobrol. 

Namun perlahan waktu mengajarkan ku menerima kenyataan. Ternyata Tika, Risma dan Yati telah memiliki pasangan masing-masing. Aku tak menjaringkan diriku untuk tetap berhubungan dengan mereka meskipun tetap menjaga jarak sebagai bagian dari protokol pertemanan. Hanya saja aku perlu melakukannya, karena aku ingin menghindari masa laluku terulang lagi. Suara hati dan batinku saling menyatu. Yang terbaik, hanya sekedar teman dekat. Aku rela dan ikhlas menutup kembali keran perasaan yang sempat ku buka sesaat, demi silaturahmi yang tetap kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun