Kenyataan berhasil mencuri senyuman, perlahan pudar dan hilang tanpa bekas. Awal yang berat untuk melepaskan. Hati menjerit-jerit, merintih sakit untuk melepas duri yang telah lama menancap. Telah lepas dan menyisakan tetes demi tetes kesedihan. Hingga akhirnya iman yang menambal bekas duri yang menancap itu. Untuk mengurangi perih, menghilangkan sakit dan menyadarkan diriku bahwa semua ini adalah....
Yang Terbaik
Yang Terbaik, Harus Bisa Mengikhlaskan
" Lagi, lagi & lagi. Kenapa ini harus terjadi dan menimpa ku ? " tersulut amarah yang masih berkecamuk dalam jiwa. Terbangun dari mimpi buruk kemarin, aku pun bangkit dari peristirahatan sementara. Membasuh wajah dan kepala dengan air yang mengalir, berharap setiap tetesnya dapat melepas gelisah ini. Ku hidupkan mesin kuda besi, lalu pergi tanpa basa-basi. Tak gentar meskipun sunyi senyap menerkam dan membawa angin dingin menusuk tulang.Â
Aku pun bersimpuh di hadapan-Nya. Mengadu, meskipun telah banyak membuat-Nya kecewa, murka dan marah melalui dosa. Berharap ini bukan akhir dari segala mimpi, tapi awal menuju kenyataan. Selesai sudah kewajiban, aku keluar dari tabir keterangan dan seketika tersenyum. Pandangan ku tertuju pada mentari yang malu - malu untuk bersinar dan bulan yang diam - diam tenggelam. Burung - burung mulai bernyanyi menyambut fajar nya, membuatku bersajak dalam hati, " Ini hariku, ini saatnya... ".Â
Mengikhlaskan sesuatu yang sudah datang lalu pergi begitu saja bukanlah hal mudah, mengajarkanku untuk bisa melepas hal yang sifatnya sementara. Ujung cerita terkadang menyajikan sesuatu yang tidak diinginkan. Inilah hidup, ada menang dan kalah. Tak ada takdir yang salah, mungkin diriku yang terlalu lemah. Menerima kenyataan dengan amarah yang semakin menambah masalah.Â
Namun, inilah yang terbaik menurut-Nya. Memberikanku lebih banyak waktu untuk berbenah, mengoreksi dan memantaskan diri sebelum bertemu dengan makhluk bernama jodoh. Hikmah yang perlahan bisa kupetik dan ku nikmati hasilnya sekarang. Tak bisa dilukiskan kebaikan Tuhan yang telah memberi jalan hidup ini. Menjadi tanda rasa kasih dan sayang-Nya kepada hamba yang telah tenggelam dalam lautan dosa. Ucapan syukur dan terimakasih mengiringi setiap kebaikan yang telah Dia berikan.
Yang Terbaik, Keluarga & Sahabat
Pulang kerumah, membawa hati yang tenang untuk menjalani hari. Hari yang sangat spesial untukku, bertepatan dengan bertambahnya usia sekaligus berkurangnya umurku yaitu 20 tahun. Selain itu juga aku berhasil menyelesaikan dan merilis cerita pendek " Last Hope for Last Love Jilid 2 : Analis BenCi ".Â
Kebahagiaan yang tak tertakar dapat berkumpul dengan keluarga dan sahabat hari itu. Ucapan datang silih berganti, membuatku bersyukur tiada henti. Masih banyak orang baik yang peduli terhadap diriku, hingga mungkin tak cukup hanya dengan balas budi semata.Â
Begitu juga dengan ketiga sahabatku Wawan, Ari dan Fathur. Meskipun Fathur tak bisa hadir karena dipisahkan oleh pulau, namun kehadiran Wawan dan Ari cukup melunasi bahagiaku. Sayangnya mereka tidak datang bersamaan, padahal mereka berdua lama tidak bertemu.Â