Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Tractatus Logico-Philosophicus - Ludwig Wittgeinstein

11 Agustus 2023   21:49 Diperbarui: 11 Agustus 2023   22:33 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

PENDAHULUAN

"Tractatus Logico-Philosophicus" adalah karya monumental yang ditulis oleh Ludwig Wittgenstein pada tahun 1921. Buku ini memiliki pendekatan yang sangat unik terhadap filosofi, menggabungkan pemikiran tentang bahasa, logika, dan realitas. Karya ini menggambarkan pemikiran Wittgenstein pada periode awal hidupnya, di mana dia berusaha mengatasi masalah-masalah filosofis dengan cara yang sangat terstruktur dan formal.

Buku ini terdiri dari sejumlah proposisi yang disajikan dalam bentuk uraian yang pendek dan logis. Wittgenstein menggunakan pendekatan bahasa formal untuk menyajikan pemikirannya, mirip dengan cara matematika digunakan untuk merumuskan proposisi dalam logika. Buku ini mengarahkan pembaca untuk mempertimbangkan hubungan antara bahasa dan realitas, serta bagaimana bahasa dapat merepresentasikan realitas.

Salah satu aspek penting dari "Tractatus" adalah konsep representasi melalui bahasa. Wittgenstein mengajukan gagasan bahwa bahasa memiliki struktur yang merefleksikan struktur realitas, dan proposisi dalam bahasa menggambarkan fakta-fakta dalam dunia. Dia mengatakan bahwa "Batas bahasa adalah batas dunia kita." Dengan kata lain, kita hanya dapat mengatakan hal-hal yang dapat direpresentasikan dalam bahasa.

Buku ini juga mengajukan konsep tentang batas-batas pemikiran dan filosofi itu sendiri. Wittgenstein berpendapat bahwa banyak masalah filosofis timbul dari penyalahgunaan bahasa dan kebingungan tentang batasan-batasan penggunaan kata-kata. Dia berusaha untuk "membatasi pemikiran kita dengan batas pemikiran," mengingatkan kita untuk hanya memikirkan hal-hal yang dapat diungkapkan dalam bahasa yang tepat.

Namun, buku ini juga telah dikenal karena kompleksitasnya. Gaya tulis Wittgenstein yang kering dan formal, serta struktur proposisi yang rumit, membuatnya sulit diakses oleh pembaca awam. Banyak pembaca menghadapi tantangan dalam memahami keseluruhan argumen dan implikasi filosofis yang terkandung di dalamnya.

BIOGRAFI

Ludwig Wittgenstein adalah seorang filsuf kelahiran 26 April 1889 di Wina, Austria-Hongaria (sekarang Wina, Austria), dan dia merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran filosofis modern. Kehidupannya yang penuh perjalanan dan transformasi pemikiran mencerminkan kompleksitas pemikiran filosofis yang diajukan dalam karyanya, terutama dalam "Tractatus Logico-Philosophicus."

Wittgenstein lahir dalam keluarga kaya dan berpengaruh. Ayahnya, Karl Wittgenstein, adalah seorang industrialis kaya dan seorang kolektor seni. Keluarganya memiliki latar belakang budaya Yahudi, meskipun mereka kemudian masuk agama Katolik. Wittgenstein adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Kehidupan keluarganya penuh dengan tekanan budaya dan harapan untuk sukses.

Pada awalnya, Wittgenstein menunjukkan minat pada teknik dan ilmu alam. Ia belajar teknik mesin di Berlin dan Manchester, tetapi minatnya segera berpindah ke filosofi dan matematika. Dia mulai merenungkan tentang masalah filosofis dan konsep-konsep bahasa selama masa ini.

Pada tahun 1911, Wittgenstein pergi ke Cambridge, Inggris, untuk belajar di bawah bimbingan filosof berpengaruh, yaitu Bertrand Russell. Selama di Cambridge, Wittgenstein mengembangkan gagasan-gagasan awalnya yang kemudian menjadi inti dari "Tractatus Logico-Philosophicus." Dia berfokus pada hubungan antara bahasa, logika, dan realitas, yang membawanya pada konsep pemikiran terstruktur yang dia jelaskan dalam karyanya.

Wittgenstein terpaksa memutuskan studinya dan kembali ke Austria pada awal Perang Dunia I. Dia mendaftar sebagai sukarelawan di tentara Austria dan bertugas sebagai petugas artileri. Selama masa perang, Wittgenstein melanjutkan pemikiran filosofisnya, dan setelah perang, dia kembali ke Cambridge untuk mengembangkan dan mengartikulasikan konsep-konsepnya lebih lanjut.

Hasil dari pemikiran dan penelitiannya adalah "Tractatus Logico-Philosophicus," yang diterbitkan pada tahun 1921. Karya ini menciptakan dampak besar dalam dunia filsafat dan membawa perubahan paradigma dalam pemikiran tentang bahasa, logika, dan pemahaman manusia tentang realitas.

Namun, setelah menerbitkan "Tractatus," Wittgenstein merasa bahwa dia telah mengatasi masalah-masalah filosofisnya dan memutuskan untuk meninggalkan dunia akademis. Dia menjalani beberapa tahun di berbagai tempat, termasuk bekerja sebagai guru sekolah di daerah pedesaan Austria. Selama periode ini, dia terus merenung dan mengembangkan pemikiran baru.

Pada tahun 1930-an, Wittgenstein kembali ke dunia akademis. Dia kembali ke Cambridge dan mengembangkan pandangan baru tentang filosofi dan bahasa. Hasil dari pemikirannya ini muncul dalam karyanya yang kedua, "Philosophical Investigations," yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1953 setelah kematiannya pada tahun 1951.

Kehidupan Wittgenstein mencerminkan perjalanan intelektual dan emosional yang kompleks. Dia menggambarkan transformasi pemikiran yang signifikan dari pendekatan formal dan terstruktur dalam "Tractatus" menjadi pendekatan yang lebih kontekstual dan pragmatis dalam "Philosophical Investigations." Kehidupannya yang beragam dan pemikirannya yang mendalam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat modern.

STRUKTUR PENULISAN

"Tractatus Logico-Philosophicus" terdiri dari tujuh bagian utama, yang masing-masing memiliki proposisi-proposisi yang membentuk struktur hierarkis dari pemikiran. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing bagian beserta karakteristiknya:

1. Bagian 1: Bagian ini membahas dasar-dasar pemahaman proposisi dan fakta. Wittgenstein mengemukakan bahwa proposisi adalah gambaran dari fakta dalam bahasa. Ia memperkenalkan ide tentang "pola-pola logis" dan "wujud-wujud" sebagai dasar struktur bahasa dan realitas.

2. Bagian 2: Wittgenstein melanjutkan untuk membahas hubungan antara nama-nama (kata) dan objek-objek dalam realitas. Ia memperkenalkan konsep "picturing" (penggambaran) sebagai cara bahasa merepresentasikan realitas. Bagian ini mengajukan ide tentang proposisi sebagai gambaran dari realitas.

3. Bagian 3: Bagian ini membahas logika. Wittgenstein mengenalkan gagasan tentang hubungan logis antara proposisi-proposisi. Ia mengemukakan bahwa proposisi-proposisi logis mengikuti aturan tertentu yang mencerminkan struktur realitas.

4. Bagian 4: Wittgenstein menggambarkan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pemikiran dan komunikasi. Ia memperkenalkan gagasan tentang "bentuk proposisi" dan bagaimana mereka merepresentasikan dunia. Bagian ini juga berbicara tentang batasan-batasan bahasa dan pemahaman kita.

5. Bagian 5: Bagian ini membahas tentang fungsi dari proposisi etika dan estetika. Wittgenstein mengemukakan bahwa proposisi etika dan estetika bukanlah proposisi ilmiah, melainkan ungkapan perasaan dan penilaian. Ia juga membahas konsep tentang "realitas sejati" dan hubungannya dengan realitas empiris.

6. Bagian 6: Wittgenstein menjelaskan hubungan antara bahasa, dunia, dan pikiran. Ia membahas masalah kebebasan dan penjelasan tentang konsep-konsep filosofis yang berkaitan dengan realitas dan bahasa. Bagian ini mencoba menemukan keseimbangan antara konsep-konsep filosofis dan realitas yang dapat dinyatakan melalui bahasa.

7. Bagian 7: Bagian terakhir mengarahkan pembaca pada gagasan tentang hal-hal yang tidak dapat diungkapkan melalui bahasa. Wittgenstein menyimpulkan bahwa ada hal-hal yang lebih dalam dari kata-kata, dan ia mengajukan konsep "misteri". Pada akhirnya, ia mengeksplorasi ide keheningan sebagai bentuk komunikasi yang mendalam.

Setiap bagian di dalam "Tractatus Logico-Philosophicus" memiliki uraian proposisi-proposisi yang terstruktur dan terkait satu sama lain. Buku ini menciptakan alur pemikiran yang mengarahkan pembaca untuk merenungkan hubungan antara bahasa, realitas, dan pemikiran filosofis. Meskipun buku ini menggunakan pendekatan yang sangat formal dan logis, tujuannya adalah untuk merangsang pemikiran mendalam tentang hakikat dunia dan kemampuan bahasa untuk merepresentasikannya.

KONSEP-KONSEP UTAMA

"Tractatus Logico-Philosophicus" mengajukan sejumlah konsep-konsep utama yang membentuk dasar pemikiran Wittgenstein tentang bahasa, realitas, dan filosofi secara umum. Di bawah ini adalah beberapa konsep utama yang dijelaskan dalam buku tersebut:

Konsep: Wittgenstein berpendapat bahwa bahasa digunakan untuk menyatakan proposisi, yang merupakan gambaran dari fakta dalam dunia.

Contoh: Proposisi "Bola merah adalah objek bulat berwarna merah" menggambarkan fakta bahwa ada objek yang bulat dan berwarna merah yang disebut bola merah.

  • Penggambaran (Picturing):

Konsep: Bahasa memiliki kemampuan "menggambarkan" realitas. Proposisi dalam bahasa adalah gambaran atau representasi dunia.

Contoh: Proposisi "Matahari terbit di timur" menciptakan gambaran dalam pikiran kita tentang bagaimana matahari muncul di arah timur saat pagi hari.

  • Logika dan Hubungan Logis:

Konsep: Wittgenstein membahas hubungan logis antara proposisi. Hubungan logis memainkan peran penting dalam struktur bahasa dan pemahaman.

Contoh: Proposisi "Jika hari hujan, maka jalan akan licin" menggambarkan hubungan logis antara kondisi hujan dan konsekuensi yaitu jalan menjadi licin.

  • Bentuk dan Isi:

Konsep: Ada perbedaan antara "bentuk proposisi" (struktur logika) dan "isi proposisi" (elemen spesifik yang digambarkan oleh bentuk proposisi).

Contoh: Proposisi "Semua anjing adalah hewan mamalia" memiliki bentuk logis yang sama dengan proposisi "Semua kucing adalah hewan mamalia," tetapi isi proposisinya berbeda.

  • Batas Bahasa dan Realitas:

Konsep: Bahasa memiliki batas-batas dalam merepresentasikan realitas. Ada hal-hal yang dapat diungkapkan dalam bahasa dan ada hal-hal yang tidak dapat diungkapkan.

Contoh: Konsep pengalaman subyektif atau perasaan batin yang sulit dijelaskan dengan kata-kata mungkin menggambarkan batasan bahasa dalam merepresentasikan realitas ini.

Konsep-konsep ini memberikan dasar pemahaman tentang struktur dan tujuan pemikiran Wittgenstein dalam "Tractatus Logico-Philosophicus." Buku ini menciptakan kerangka kerja yang kompleks dan terstruktur untuk merenungkan hubungan antara bahasa, realitas, dan filsafat secara umum.

EVALUASI

Evaluasi terhadap "Tractatus Logico-Philosophicus" memiliki dimensi yang beragam dan kontroversial, sebagaimana karya filosofis pada umumnya. Buku ini telah memengaruhi banyak pemikir dan aliran filsafat, namun juga mendapat kritik keras. Di bawah ini adalah beberapa evaluasi umum terhadap buku tersebut:

Pengaruh Positif:

1. Kontribusi terhadap Filsafat Bahasa: "Tractatus" telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat bahasa dan logika. Gagasan Wittgenstein tentang hubungan antara bahasa dan realitas, serta pemikirannya tentang proposisi dan hubungan logis, telah mengilhami banyak pemikir dalam bidang ini.

2. Struktur Formal dan Terstruktur: Buku ini membawa pendekatan formal dan terstruktur yang memberikan kerangka kerja yang jelas bagi argumennya. Struktur hierarkis proposisi menciptakan alur pemikiran yang sistematis, meskipun gaya penulisan yang rumit dan singkat bisa menjadi tantangan bagi beberapa pembaca.

3. Pendekatan Analitik: "Tractatus" mengadopsi pendekatan analitik yang menguraikan masalah-masalah filosofis menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Ini membantu merinci argumen-argumen dan mengidentifikasi masalah-masalah yang lebih mendalam.

Kritik dan Tantangan:

1. Gaya Penulisan Sulit Dipahami: Gaya penulisan Wittgenstein yang sangat formal, abstrak, dan singkat membuat buku ini sulit diakses oleh pembaca awam. Banyak bahasa simbolis dan konsep logis yang rumit dapat mengaburkan inti argumen bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan terminologi filosofis.

2. Pemahaman dan Interpretasi: "Tractatus" sering kali dianggap ambigu dan terbuka untuk interpretasi yang beragam. Hal ini menyebabkan berbagai interpretasi yang berbeda terhadap maksud dan implikasi sebenarnya dari karya ini.

3. Pemikiran Berkembang: Salah satu kritik terhadap "Tractatus" adalah bahwa karya ini mungkin mencerminkan pemikiran Wittgenstein pada periode awal hidupnya dan tidak mencakup perubahan pemikirannya di kemudian hari. Karya ini mungkin tidak mewakili pandangan akhirnya seperti yang dijelaskan dalam "Philosophical Investigations."

4. Pembatasan dalam Bahasa: Meskipun Wittgenstein mengeksplorasi hubungan antara bahasa dan realitas, beberapa kritikus menganggap bahwa pandangannya tentang batasan bahasa mungkin terlalu membatasi. Beberapa berpendapat bahwa bahasa mungkin memiliki fleksibilitas lebih besar dalam merepresentasikan realitas.

PENUTUP

Secara keseluruhan, "Tractatus Logico-Philosophicus" adalah karya berpengaruh yang mengajukan konsep-konsep penting dalam filsafat bahasa dan realitas. Namun, evaluasinya cenderung bergantung pada sudut pandang masing-masing pembaca dan bagaimana mereka menyikapi kompleksitas pemikiran Wittgenstein serta pengaruhnya terhadap pemikiran filosofis secara lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun