Mohon tunggu...
Zidan Akbar
Zidan Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Kontroversial: Problematika Dinasti Politik dalam Perspektif Ilmu Negara

13 Oktober 2024   15:19 Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam teori negara hukum atau rechtsstaat, negara dan seluruh aparaturnya harus

beroperasi berdasarkan hukum, yang dijalankan secara transparan dan akuntabel. Prinsip negara

hukum juga menekankan bahwa tidak boleh ada individu atau kelompok yang berada di atas

hukum, termasuk pejabat publik dan keluarga yang berkuasa.

Namun, politik dinasti sering kali menciptakan situasi di mana kekuasaan digunakan untuk

melindungi kepentingan pribadi atau keluarga, bukan untuk kepentingan publik. Hal ini

menciptakan celah bagi terjadinya penyalahgunaan wewenang, korupsi, serta penyelewengan hukum. Sebagai contoh, dalam kasus dinasti politik di Banten, pengaruh kekuasaan keluarga Ratu
Atut terbukti digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan terlibat dalam korupsi. Pada 2013,
Ratu Atut sendiri dijatuhi hukuman penjara karena terbukti terlibat dalam suap terhadap hakim
Mahkamah Konstitusi.(Hidayat, 2014.)
Kasus ini menunjukkan bahwa dinasti politik dapat merusak prinsip negara hukum, di
mana proses hukum bisa diintervensi demi melindungi kepentingan keluarga yang berkuasa.
Ketika kekuasaan politik terkonsentrasi pada satu keluarga, checks and balances---sistem
pengawasan terhadap kekuasaan eksekutif---seringkali menjadi lemah, karena aktor-aktor
pengawas seperti parlemen atau lembaga peradilan mungkin saja dikuasai oleh individu-individu
yang memiliki afiliasi dengan keluarga yang berkuasa.
4. Kontroversi dan Implikasi Dinasti Politik dalam Demokrasi
Meskipun politik dinasti dianggap merugikan demokrasi, ada juga beberapa argumen yang
mencoba membenarkan keberadaannya. Beberapa pendukung dinasti politik berpendapat bahwa
keberlanjutan kekuasaan keluarga tertentu dapat menjamin stabilitas politik dan kesinambungan
kebijakan di suatu wilayah. Mereka juga sering kali memanfaatkan argumen bahwa keluarga yang
sudah lama berkuasa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan masyarakat lokal.
Namun, dalam perspektif ilmu negara, argumen ini sangat problematis. Stabilitas politik
yang dihasilkan oleh politik dinasti sering kali diperoleh dengan cara membatasi partisipasi politik
dan mengurangi kompetisi politik yang sehat. Tanpa kompetisi yang adil dan terbuka, pemimpin
yang terpilih mungkin tidak merasa terikat untuk benar-benar mewakili kepentingan rakyat, karena
posisi mereka dijamin oleh pengaruh keluarga, bukan oleh legitimasi demokratis.
Lebih jauh, politik dinasti dapat menciptakan oligarki, yaitu sistem di mana kekuasaan
hanya beredar di antara segelintir elit keluarga, yang bertentangan dengan prinsip demokrasi
deliberatif, di mana kekuasaan seharusnya diperdebatkan dan diperebutkan secara terbuka di
antara warga negara.

Kesimpulan

Dalam perspektif ilmu negara, fenomena politik dinasti menimbulkan sejumlah

problematika yang merongrong prinsip-prinsip dasar negara demokrasi. Dinasti politik

bertentangan dengan kedaulatan rakyat, meritokrasi, dan negara hukum, karena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun