Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Renjana

13 Januari 2021   05:12 Diperbarui: 13 Januari 2021   05:34 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, biasa, aja, sih! Cuma ngusir badmood," kilahku.

"Suka ngeles, deh. Liat buku yang kamu baca ini, super tebal, tau!" godanya membuatku tersipu.

"Eh, by the way. Selamat, ya. Kamu lulus tes seleksi masuk sekolah ini dengan nilai terbaik."

"Kamu juga, kamu terbaik kedua." Kami berjabat tangan erat, ada getaran hangat yang mengalir dari tangannya.

"Tapi, jangan nganggap aku saingan, ya?"

"Ya ampun, saingan! Itu cuma hoki, aja, kali, Za."

Kami tertawa, perlahan suasana mencair. Kekakuan yang selama ini selalu menghinggapi seakan sirna, getar-getar bahagia pun selalu ter
rasa bila berada di dekatnya.

***
Sebulan sudah, Mirza tak tampak di sekolah. Padahal aku selalu menantikannya tiap pagi di gerbang sekolah sambil bernaung di bawah pohon beringin mengharap sosok periang itu muncul.

Kabar yang kudengar Mirza sakit, kami satu kelas akhirnya berangkat menjenguk dia. Rumahnya cukup sederhana, dia tinggal dengan ibunya karena Mirza sudah yatim sejak SMP. Ibunya terharu melihat perhatian kami kepada anaknya. Beliau mengatakan jika Mirza akan berhenti sekolah karena terkendala biaya.

Hatiku terenyuh, Mirza anak yang cerdas, tapi sayang, kondisi ekonomi keluarganya sangat mempriharinkan.Mirza harus bekerja paruh waktu sepulang sekolah di sebuah toko buku, demi membantu biaya bulanan sekolah.

Setelah kami pulang, aku menemui wali kelas dan menceritakan kondisi Mirza. Bu Wuri berjanji akan memberikan beasiswa prestasi kepada Mirza. Hatiku sangat bahagia mendengar keputusannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun