Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku dan Cerita Bapakku tentang Singkong Ibuku

6 April 2023   12:26 Diperbarui: 6 April 2023   12:40 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: pixabay.com

"Dulu, belum banyak kendaraan seperti saat ini. Jikapun ada, Bapak tak akan mampu."
"Waktu itu, Aku..."
"Usiamu belum lima tahun saat itu. Bapak dan ibu bergantian menggendongmu. Butuh empat hari dan tiga malam berjalan menembus hutan hingga sampai di sini."

Aku memilih bisu. Membiarkan bapak berkisah tentang masa lalu. Aku tahu, bapak sedang ingin mengenang Ibu. Sosok tanpa cela, yang sudah rela menemani nyaris seluruh hidup Bapak.

Kusimak pula cerita. Bahwa saat menempuh perjalanan di hutan itu, bapak dan ibu seperti orang yang sedang berpuasa. Bekal di perjalanan hanya beberapa sisir pisang dan sedikit singkong. Itupun hasil pemberian para tetangga.

"Bilang ibu, singkong itu hanya untukmu! Bapak dan ibumu bertahan dengan pisang dan makanan yang disediakan hutan."

Kuraih lengan Bapak. Dan jemariku segera menggenggam tangan tua yang lelah dimakan usia. Kubiarkan bapak kembali meneruskan kisah pengungsian itu.

Terungkaplah sebuah rahasia yang telah disimpan lama.

Hari terakhir perjalanan dari Daspetah menuju Lais. Aku dan Ibuku nyaris hanyut bahkan mati tenggelam ketika sedang menyeberangi sungai. Cerita bapak, sungai itu tak dalam. Namun berarus deras, dan dasarnya berbatu licin. Ibu terpeleset dan hanyut terbawa arus.

Ibu berhasil bertahan pada cabang pohon tumbang yang melintang di sungai. Satu tangan ibu berjuang menahan tubuhnya dari arus sungai, dan satu tangan lainnya bertahan mendekap tubuhku agar tetap berada dalam gendongan.

"Apakah peristiwa itu sebagai penyebab awal sakit punggung dan pinggang ibu?"

Tanyaku tak berjawab. Bapak lebih memilih menatap cahaya kecil dari bintang-bintang yang bertebaran di langit malam.

"Itu rahasia Tuhan, Nak! Ibumu pindah dari Daspetah ke sini, untuk menghindari gempa. Namun, di Lais ini. Gempa mengajak ibumu pergi. Selamanya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun