"Jadi, ayam ini akan tidur di tongkat kayu itu, Yah?"
"Iya."
"Kalau yang jantan berkokok, yang betina bertelur kan, Yah?"
Kuanggukkan kepala sambil menahan tawa. Mata bocah lelaki berusia enam tahun itu beralih menatap jempol tangan kirinya yang dibalut plester.
"Kenapa? Sakit lagi?"
"Lebih sakit jari telunjuk yang terpukul palu saat memaku tadi, Yah!"
"Oh! Waktu kecil dulu, Ayah juga pernah kena palu, saat memaku, Nak!"
"Tapi, aku gak nangis!"
"Harus! Anak Ayah, gak boleh cengeng, kan?"
Kuajukan ibu jari tangan kananku. Wajah anakku sumringah, kemudian membantuku membereskan peralatan yang tadi digunakan untuk membuat kandang ayam.
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!