"Tadi si Adek cerita, jari tangannya terluka kena gergaji, Mas!"
Satu suara mengusik mataku dari layar ponsel. Segelas kopi yang baru diseduh, diletakkan di hadap dudukku. Kuikuti tatapan mata istriku ke arah dinding kamar tidur. Jarum pendek di jam dinding membeku di angka sepuluh.
"Luka kecil! Dia sudah tidur?"
Sekilas kulihat anggukkan kecil. Istriku memilih duduk di sisi kiri. Kutatap wajah lembut sosok perempuan yang hingga kini sanggup bertahan mendampingiku.
'Dia gak bilang, jari telunjuknya kena palu?"
"Iya."
"Dia cerita, kalau dia menahan sakit dan gak nangis?"
"Iya. Karena Mas yang bilang, kalau anak lelaki itu jangan...."
"Dia juga...."
"Iya. Si Adek malah mampu cerita dengan detil cara-cara membuat kandang ayam. Terus bilang, kalau Ayahnya dulu pun diajari Kakeknya cara membuat kandang ayam."
Kuraih gelas berisi kopi di hadapku. Kusesap sedikit. Perlahan, kugenggam jemari tangan kiri istriku. Sambil mengusap pelan cicin pernikahan yang melingkar di jari manisnya.