Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Percakapan Sebelum Pulang

7 Januari 2021   16:29 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:33 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau ditanya kepada anak-anak atau guru, mereka pasti pilih sekolah, kan? Tapi, korona sekarang lebih parah. Aku khawatir juga. Kemarin aku dapat info, lima orang lagi meninggal. Dinyatakan positif korona."

Suara Kak Ujang nyaris berbisik. Matanya menatap Mas Topan, yang mengangguk pelan dan agar tersamar. Setuju dengan pernyataan Kak Ujang. Hingga saat ini. data korban selalu menjadi rahasia dan dirahasiakan. Walau banyak yang membicarakan.

Dua orang satpam sekolah, bersiap sambil memegang mikropon. Memilih berdiri di sisi kiri dan kanan gerbang. Aturan sekolah, anak baru boleh keluar, jika namanya dipanggil satpam. Keduanya anggukkan kepala, sambil acungkan jempol. Mereka pasti mengingat nama anakku.

***

"Belajar apa tadi, Nak?"

"Empat pelajaran, Yah. Dua pelajaran ada PR"

"Lah? Tatap muka, masih pakai PR?"

Anakku berkicau sepanjang perjalanan pulang. Hari ketiga kembali ke sekolah dan tatap muka, adalah kebahagiaan. Aku tahu kerinduan dan keseruan pertemuan anak-anakku, yang nyaris delapan bulan hanya berinteraksi dengan ponsel.

"Yah. Bilang tadzah, minggu depan  gentian. Giliran kami yang masuk pagi. Yang laki-laki masuk siang!"

Tak bersuara, kuanggukkan kepala. Memperhatikan lalu lalang kendaraan di jalan. Menjelang sore, lalulintas kembali ramai.

Kubiarkan anakku, bercerita tentang teman-teman. Tentang gurunya, yang ternyata ada yang baru menikah, ada juga guru baru. Juga berkisah tentang orangtua temannya yang meninggal. Tapi Anakku tak menjawab saat kutanyakan sebab sakitnya. "Rahasia, Yah!"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun