"Sudah kau serahkan?"
"Sudah!"
"Siapa saksinya?"
Kali ini, tak ada senyuman. Kusaksikan helaan nafas panjang. Sekilas Amak mengusap pelan kepalaku, sebelum berdiri.
"Jangan tiru Ayahmu! Kalau meletok asen, mesti ada saksi. Biar sah secara adat. Nanti kalau..."
"Tak akan!"
Amak berlalu dari ruang tamu. Meninggalkan aku, segelas kopi, dan sunyi.
***
"Sudah kau tanyakan?"
"Piteak Kinoi?"
"Iya. Diminta berapa? Biar..."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!