Tak ada seorang pun yang mampu menunda kedatangan dan kepergian senja. Juga mencegah lenyapnya butiran embun di helai-helai dedaunan yang tersapu cahaya mentari pagi.
Alam begitu banyak mengajarkan kedatangan dan kepergian. Tanpa tanda-tanda juga isyarat untuk sebuah perpisahan.
Andre meletakkan ponselku di atas meja, di sebelah gelas berkopi, tepat di hadapku. Sambil mengubah posisi duduk, Andre menatapku.
"Jadi, selama ini kalian..."
"Gak!"
"Kau pasti tahu, perempuan butuh kepastian?"
"Tapi..."
"Nindi tak peduli jika..."
"Kau sudah baca semua pesan Nindi, kan?"
Andre terdiam sesaat. Menghirup nafas mendalam. Kemudian berkali menggelengkan kepala. Hingga kurasakan tangan kanannya menyentuh bahuku.
"Maaf, tapi harus kukatakan. Kau lelaki bodoh!"