Aku kembali tertawa mendengar kata angker itu. Amin garuk kepala. Memasang wajah serius menatapku.
"Terserah Abang, percaya atau tidak!"
"Haha..."
"Tangan itu bisa diraih. Tapi tak mau lepas dari dahan. Bilang orang-orang, Penunggu beringin sengaja menahan tangan sopir itu!"
"Penunggu? Maksudmu hantu? Emang hantu masib berkeliaran? Kan sudah mau shubuh?"
"Tiga dukun dan orang pintar dipanggil, untuk melepaskan tangan itu..."
Amin tetap melanjutkan cerita. Tak menjawab pertanyaanku. Pangkalan masih sepi. Kembali kunikmati asap kretek. Amin terburu membuang puntung kretek miliknya.
"Tangan itu tetap tak mau lepas!"
"Sekarang masih?"
"Sudah dibawa ke rumah sakit, Bang!"
"Kenapa bisa lepas?"