"Oh!"
"Yang mati sopir mobil sayur, Bang!"
"Sudah tiga kali dalam minggu ini!"
"Sejak dulu angker kan, Bang!"
Aku terdiam. Sejak dulu aku kerap mendengar berbagai kisah tragis di tikungan itu. Banyak masyarakat  Kota Curup yang sepakat disertai keberadaan pohon beringin dan kuburan. Menambah kesan kuat kata angker dibumbui kisah beraroma mistis dari mulut ke mulut.
Sejak dulu juga, aku tak pernah dan tak mau percaya itu. tapi pelan-pelan, benakku mulai ingin percaya. Bahwa memang tikungan itu angker. Tiga kejadian dalam satu minggu? Di tempat yang sama?
Baru tadi malam, aku hadiri di acara nujuhhari Imron. Teman satu pangkalan ojek yang menemui ajalnya. Tewas di tikungan itu. Motor Imron kehilangan kendali. Disebabkan genangan oli yang berserakan di jalan. Motor terguling dan Imron jatuh terbanting. Truk pengangkut semen melintas dan melindas tubuh Imron. Bagiku, itu adalah musibah. Tak ada urusan dengan kata angker!
Dua hari yang lalu, melibatkan dua orang pelajar! Kudengar kabar, akibat kebut-kebutan dan bersenggolan. Tak ada kematian. motor ringsek dan keduanya Alami  luka lumayan parah disertai patah tulang. Bagiku juga tak ada kaitan dengan kata angker!
"Abang ada rokok?"
Suara Amin merusak alur fikirku. Tanpa suara, aku keluarkan rokok kretek dari saku jaket. amin segera menyambut dan menyalakan kretek itu. Mataku memandang semua penjuru jalan. Masih sepi. Di hari libur, penumpang ojek bisa dihitung jari. Apalagi masih pagi. Amin berikan senyum pengganti terima kasih.
"Eh, Bang! Ada kisah mistis tentang kecelakaan tadi!"