Teman-teman terus menggoda dan merayu Rasya agar Rasya mau kembali lagi ke kelas.
Sampai disuatu bangku didepan kelas XII bahasa terdengar suara botol minuman pecah ,yang terjatuh kerena tersengol tangan Rasya yang sedang di rangkul teman-temannya untuk kembali ke kelas, yang tak lain milik preman-preman sekolah yang dikepalai oleh Noval, Ozi dan Zainal.
Mereka adalah segerombolan anak-anak yang sering bikin onar di sekolah. Ozi dari IPS, Noval dari Bahasa dan Zainal dari Akeselerasi yang pindah ke Bahasa gara-gara dia sering bolos sekolah.
Saat menyadari ada botol yang di jatuhkan Rasya, Riko langsung bergegas mengambil serpihan botol tersebut dan minta maaf kepada Zainal yang kebetulan pemilik botol tersebut. Tetapi Zainal belum menjawab, langsung saja Ozi memegang kerah Ricko seraya meludah ke samping dan berkata.
"Heh seng genah kon!. Ndek kene ojo kakean polah. Kon golek perkoro a??".Bentak Ozi.
"Nggak...mas... Sepurane koncoku gak sengojo, tak ijoli wes mas". Saat itu juga Rasya mencoba melepaskan tangan Ozi dari kerah Ricko.
Tetapi dari samping Rasya, terlihat Noval sudah memasang kuda-kuda yang tandanya akan melemparkan pukulan keras ke wajah Rasya bila Rasya melakukannya.
Seketika itu juga, datanglah Pak Riono ditemani dengan wakilnya Pak Qodir. Mereka adalah Kepala Sekolah dan Wakil kepala sekolah SMA Negeri 12 Kota Malang. Saat itu juga perselisihan kedua kelompok terhentikan.Bersamaan dengan kaburnya Ricko, Rasya dan teman-temannya menuju kelas masing-masing.
Degup jantung Rasya masih terasa saat dia baru duduk dibangkunya, ditemani Aris yang kelihatan sama gemetarnya dengan Rasya.
Jam setelah istirahat adalah jam matematika yang diajarkan oleh Bu Eeni. Biarpun usia bu Erni sudah berkepala tiga, tapi tetap terlhiat cantik .Karena beliau selalu menjaga penampilannya tetap fress, agar anak didiknya selalu bersemangat.
"Boy haduch...mau ketemu begundal-begundal sekolah, saiki ketemu matematika. Huft. Rasane mumet iki". Gerutu Rasya.