Organisasi masyarakat sipil dan aktivis hak asasi manusia dapat memberikan suara kepada mereka yang tidak terdengar dan memperjuangkan keadilan bagi kelompok-kelompok yang terpinggirkan.
Penting juga untuk menanggapi isu krisis Rohingya dengan pendekatan yang inklusif, memperhatikan perspektif perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya. Langkah-langkah khusus yang mengatasi kebutuhan mereka harus diintegrasikan dalam rencana dan program penyelesaian krisis.
Krisis Rohingya mengingatkan kita akan kompleksitas tantangan kemanusiaan dan hak asasi manusia.Â
Menyelamatkan nyawa, melindungi hak-hak dasar, dan menciptakan dasar bagi perdamaian dan rekonsiliasi memerlukan komitmen global dan tindakan terkoordinasi dari seluruh komunitas internasional.
Selain itu, tanggung jawab korporat juga perlu diperhitungkan dalam penyelesaian krisis Rohingya.Â
Perusahaan-perusahaan, khususnya yang beroperasi di Myanmar, harus diingatkan dan didorong untuk mengadopsi praktik bisnis yang mematuhi hak asasi manusia dan mendukung perkembangan sosial di wilayah tersebut.
Penguatan pendidikan dan kesadaran global terus menjadi bagian integral dari solusi jangka panjang.Â
Melalui media, lembaga pendidikan, dan kampanye kesadaran, penting untuk membentuk persepsi dan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu kemanusiaan dan hak asasi manusia, termasuk krisis Rohingya, di kalangan masyarakat dunia.
Tindakan nyata dan komitmen jangka panjang diperlukan dari semua pihak terlibat.Â
Sumber daya harus dialokasikan untuk mendukung rencana pembangunan yang inklusif di Myanmar, termasuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, sehingga dapat memberikan solusi yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Dengan terus mempertimbangkan perspektif multidimensional dan berbagai dimensi krisis Rohingya, diharapkan dapat ditemukan solusi yang komprehensif dan adil.Â