Keberadaan sumber umbulan ini diyakini merupakan pembuktian kesaktian Eyang Sapu Jagad.
Konon suatu ketika desa Maguan mengalami bencana kekeringan air yang mengakibatkan masyarakat setempat yang mayoritas adalah petani mengalami gagal panen.
Melihat dan merasakan kenyataan ini, Eyang Sapu Jagad merasa bahwa ia harus berbuat sesuatu. Beliau bersemedi dan kemudian dengan kesaktian yang dimiliki, beliau menciptakan sumber air yang besar dan mampu menyelamatkan desa dari bencana kekeringan.
Dengan hanya menancapkan sebatang lidi, sada, atau sodo yang terkenal dengan sebutan “Sodo Lanang” (lidi laki-laki) di sebuah tempat yang disebut Babagan (tempat mencari air minum), Raden Sapu Jagad mampu memancarkan sumber air atau umbulan yang deras. Dinamakan sumber umbulan karena airnya selalu mumbul-mumbul (Bahasa Jawa = meluap-luap dengan deras).
Tak hanya itu, Eyang Sapu Jagad juga membuat “kawah zedi” di samping tempat beliau tinggal untuk bersembunyi dari kejaran Belanda.
Rumah tinggal beliau (kini mushola) letaknya tak jauh, kurang lebih 2 km dari Sumber Umbulrejo.
Masyarakat menganggap bahwa kawah ini dibuat sebagai ungkapan terima kasih dan balas budi karena telah mengizinkan beliau tinggal di tempat itu.
Kawah zedi yang biasa disebut dengan air zam-zam ini ditempatkan dalam kuali yang airnya keluar tanpa henti. Air ini dipercaya oleh masyarakat mempunyai kekuatan yang menyembuhkan berbagai macam penyakit dan membuat awet muda.
Untuk mengenang dan mewujudkan rasa syukur atas jasa Eyang Sapu Jagad pada desa, masyarakat desa Maguan membangun sebuah musholla dan kamar mandi di samping “kawah zedi” yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat sakral.
Mushola dan tempat semedi yang dibuat tidak hanya bagi masyarakat setempat namun bagi siapa saja dan dari mana saja yang percaya dan menyampaikan doanya melalui Eyang Sapu Jagad.