Tahun 2017, masyarakat setempat membentuk komunitas pengelola wisata untuk pengembangan sumber umbulan sebagai obyek wisata alam dan religi dengan memberi nama obyek wisata ini “Sumber Umbulrejo”. Sejak itu diberlakukan tarif masuk sebesar Rp 3.000,- per orang.
Sebagai pengembangan Wisata Alam dan Religi Umbulrejo (Waru), di tahun 2018 dibangunlah sebuah kolam renang anak di samping petilasan Sumber Umbulrejo yang dilengkapi dengan spot-spot foto dan tempat kuliner oleh UMKM setempat.
Tahun 2019 dibangun kolam renang khusus orang dewasa di dekat sumber dengan kedalaman 2 meter. Akses jalan menuju tempat ini pun diperbaiki dan dibangun lahan parkir yang memadai pada tahun 2020.
Proses transformasi petilasan Sumber Umbulan menjadi obyek wisata alam dan religi Sumber Umbulrejo ini disebut sebagai komodifikasi, di mana mitos Eyang Sapu Jagad merupakan sarana promosi wisata yang tepat dan tentunya tanpa mengurangi citra positifnya sebagai wisata religi.
Keberadaan Mitos Sebagai Kearifan Lokal
Berdasarkan ulasan sebelumnya dapat kita petik makna bahwa keberadaan mitos Eyang Sapu Jagad yang mengakar kuat dalam masyarakat dusun Ubalan dan sekitarnya ini merupakan sebuah kearifan lokal yang sangat dipelihara baik oleh masyarakat.
Keberadaan mitos ini sangat berpengaruh pada budaya dan peri kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal-hal positif yang merupakan dampak dari mitos ini lahir dan menjadi budaya lokal yang mengakar.
Beberapa hal yang nampak antara lain adalah:
- Dengan keberadaan mitos Eyang Sapu Jagad ini masyarakat semakin taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini nampak pada kegiatan doa, yasinan dan selamatan yang dilakukan sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan ujud doa kepada Tuhan melalui perantaraan Eyang Sapu Jagad.
- Keberadaan mitos ini sangat memperkuat rasa solidaritas masyarakat pemilik kebudayaan sekaligus menjaga kearifan lokal. Masyarakat secara ikhlas dan bergotong-royong bersama menjaga keberlangsungan sumber mata air yang terus-menerus mengalir tanpa henti sejak diciptakan Eyang Sapu Jagad, sehingga air berlimpah untuk sarana irigasi sawah, perkebunan, sarana pariwisata, dan kebutuhan masyarakat sehari-hari selalu terpenuhi.
- Masyarakat mengembangkan komodifikasi mitos Eyang Sapu Jagad sebagai promosi wisata alam dan religi dengan konsekuensi yang tetap dipelihara dengan baik.
- Kehidupan sosial masyarakat terkontrol oleh adanya konvensi-konvensi yang harus dipatuhi sehingga tata laku masyarakat dan tamu atau wisatawan pun dapat terkendali dengan baik.
Karena animo kunjungan petilasan Eyang Sapu Jagad ini sangat tinggi, membuat tempat ini berkembang dengan sangat baik. Lebih dari itu, kerarifan lokal juga sangat terjaga dan terpelihara dengan baik pula.
Saya tak menyangka bahwa perjalanan waktu mengubah semuanya menjadi semakin baik bahkan budaya dan kesakralan tetap terjaga. Saya merasa bangga pernah menjalani masa KKN di tempat ini.
Semoga hal ini dapat selalu terjaga hingga anak cucu kita. Salam Lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H