Era zaman sekarang yang serba-serbi modern ini, segala hal yang berkaitan dengan informasi terkait dari bidang pendidikan, politik, agama, ekonomi dan bidang-bidang yang lainnya dapat diketahui dengan singkat dan lengkap. Berkat adanya globalisasi ini membuat dunia seakan menjadi sempit. Artianya bahwa segala bentuk aksesan-aksesan mudah dijangkau dan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan manusia sudah semakin mudah dilakukan sehingga tentunya bisa dikatakan bahwa globalisasi membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat di seluruh dunia (Ilmiyanor, Muhammad 2021:1). Secara umum globalisasi juga menghasilkan dampak, baik dampak positif maupun negatif. Di dalam tatanan masyarakat, globalisasi memberikan banyak dampak positif bagi berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang teknologi yang memudahkan (Sallamah, Dewi, and Dinie Anggraeni Dewi. 2023:10). Namun, tak sedikit pula dampak negatif yang dihasilkan globalisasi bagi seluruh aspek kehidupan mulai dari pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan lain-lain (Listiana, Yhesa Rooselia. 2021) dan (Widianti, Fadhilah Dwi. 2022).
Perkembangan dunia pendidikan seakan tidak pernah ada kata habis (Suradji, Muchamad. 2018b). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan (Suradji, Muchamad. 2018c). Di tengah arus globalisasi yang kian deras, tantangan terbesar bagi dunia pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung proses pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam dan mampu berpikir kritis (Suradji, Muchamad. 2018a:128).
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bentuk pendidikan yang ditunjukan untuk generasi penerus bangsa agar mereka menjadi warga negara yang berfikir kritis dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Dalam konteks Kewarganegaraan, yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang berkarakter, memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, penggunaan teknologi dalam pembelajaran menawarkan peluang dan tantangan tersendiri. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan pengetahuan teoritis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang harus diinternalisasi oleh setiap individu mahasiswa (Kurniawati, Arini, and Fatma Ulfatun Najicha. 2023:100). Kurikulum merupakan suatu komponen penting yang menyatu dalam sistem pendidikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar di masing-masing lembaga pendidikan (Marsi Bani and, Petrus Ly, Soleman Nub Uf, Daud Nassa, Leonard Lobo, Thomas Kemil Masi, Fredik Kolo 2023:184). Metode ajar dan pembelajaran yang efektif dalam Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu mendorong pemahaman yang mendalam dan personal, yang kemudian diharapkan dapat tercermin dalam perilaku sehari-hari mahasiswa.
Salah satu metode pembelajaran yang mulai mendapatkan perhatian adalah pembelajaran berbasis diskusi kelompok yang memanfaatkan teknologi sebagai medianya. Diskusi kelompok adalah suatu metode pembelajaran di mana mahasiswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan sebuah topik, berbagi pandangan, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Ketika metode ini dipadukan dengan teknologi, seperti penggunaan platform digital untuk diskusi daring, pemanfaatan video konferensi, atau media sosial sebagai sarana komunikasi kelompok, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas diskusi serta memungkinkan mahasiswa untuk mengakses informasi dan sumber daya yang lebih luas (Suryadi, Ahmad. 2020).
Namun demikian, efektivitas dari metode pembelajaran berbasis diskusi kelompok ini terhadap pemahaman individual mahasiswa masih perlu diteliti lebih lanjut. Mahasiswa dapat saling bertukar pandangan dan belajar dari satu sama lain, yang pada akhirnya diharapkan dapat memperkaya pemahaman individu mereka terhadap materi pembelajaran. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran bahwa ketergantungan pada diskusi kelompok dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara mandiri, mengingat diskusi kelompok cenderung memunculkan dinamika sosial yang bisa mempengaruhi pandangan (Sari, Defi Triana, et al. 2022). Pemahaman individual merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan, terutama dalam konteks Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mahasiswa tidak hanya diharapkan untuk sekedar memahami konsep secara teoritis, tetapi juga untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemahaman ini bersifat mendalam dan personal, mencakup bagaimana mahasiswa memaknai materi dalam konteks sosial dan moral. Dengan demikian, mempelajari bagaimana diskusi kelompok sebagai media pembelajaran berperan dalam membentuk pemahaman ini sangat relevan untuk menjamin keberhasilan tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Diskusi kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk mendorong interaksi sosial dan pemahaman mendalam di antara mahasiswa. Dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), diskusi kelompok dapat menjadi sarana untuk menganalisis isu-isu aktual, menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan memahami dinamika kebangsaan secara lebih luas. Namun, efektivitas diskusi kelompok sangat bergantung pada media yang digunakan, baik itu media tradisional maupun berbasis teknologi. Media pembelajaran yang tepat akan memungkinkan mahasiswa untuk lebih aktif, berpikir kritis, serta berkolaborasi dalam mencari solusi atas masalah yang dibahas.
Diskusi kelompok juga melibatkan dinamika interpersonal antar mahasiswa, yang dapat mempengaruhi kualitas pemahaman individu. Faktor-faktor seperti peran dalam kelompok, keterampilan komunikasi, dan pola interaksi menjadi penentu penting dalam efektivitas diskusi. Mahasiswa yang lebih dominan mungkin lebih mudah memahami materi, sementara yang cenderung pasif atau kurang percaya diri mungkin tidak mendapatkan manfaat yang optimal. Media pembelajaran yang interaktif dan melibatkan seluruh anggota kelompok secara merata bisa menjadi solusi untuk mengatasi tantangan ini. Oleh karena itu, penting untuk meneliti bagaimana dinamika kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempengaruhi pemahaman individu, terutama dalam konteks penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi. Diskusi yang efektif harus mampu mendorong keterlibatan aktif dari semua anggota kelompok, memberikan ruang bagi setiap mahasiswa untuk berkontribusi, dan memungkinkan refleksi kritis terhadap materi yang dibahas.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam mengenai pengaruh media pembelajaran diskusi kelompok terhadap pemahaman individual mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Hasil penelitian ini penting untuk pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif, terutama dalam mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan pedagogis yang tepat. Diskusi kelompok yang didukung oleh media pembelajaran yang sesuai dapat mendorong pertumbuhan pemahaman individual yang lebih mendalam, serta membantu mahasiswa menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan Kewarganegaraan secara lebih efektif.
Metode Penelitian
Metode  yang  dilakukan  dalam mengkaji pengaruh diskusi kelompok terhadap pemahaman individual mahasiswa dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode  deskriptif  kualitatif. Metode deskriptif  merupakan metode dimana pengumpulan  data  untuk  mengakses  pertanyaan  penelitian  yang  berkaitan dengan persoalan yang dianggkat. Penelitian bertujuan untuk mengkaji fakta lapangan, keadaan subjek maupun objek yang akan di teliti. Dalam meneliti peneliti menggunakan beberapa teknik ataupun cara: observasi, wawancara, dan kuisioner untuk mendapatkan informasi dari  responden, mendokumentasikan  proses  diskusi  di  lapangan sebagai bukti penelitian, sehingga dapat mengukur sejauh mana partisipasi mahasiswa dalam diskusi kelompok serta berkontribusi terhadap pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa.
Hasil Penelitian