Penerapan Media Pembelajaran Diskusi Kelompok Terhadap Pertumbuhan Pemahaman Mahasiswa Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Nusa Cendana Kupang
Yuvenalis Peka
Mahasiswa PPKn FKIP Undana
yuvenalispeka@gmail.com
Â
Abstrak
Globalisasi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan, di mana institusi pendidikan perlu memastikan bahwa semua mahasiswa memiliki akses yang setara terhadap teknologi untuk mendukung proses diskusi kelompok, serta memberikan dukungan bagi mereka yang kurang mahir dalam menggunakannya. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa penggunaan metode belajar diskusi kelompok sangat memiliki kontribusi besar dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran PPKn, memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada bagaimana teknologi tersebut diintegrasikan dalam kurikulum dan bagaimana dinamika kelompok dalam diskusi dikelola. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif untuk mengkaji kontribusi metode diskusi kelompok berbasis teknologi dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Populasi penelitian adalah mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Pancasikla dan Kewarganegaraan Universitas Nusa Cendana, dengan sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20-30 mahasiswa. Metode pengumpulan data meliputi observasi lapangan, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi proses diskusi kelompok, yang bertujuan untuk memahami partisipasi mahasiswa, dinamika kelompok, dan penggunaan teknologi. Teknik analisis data melibatkan analisis kualitatif menggunakan analisis tematik dari data wawancara dan observasi, serta analisis kuantitatif sederhana untuk data kuesioner. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang terlibat dalam diskusi kelompok dan dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang memfasilitasi pembelajaran berbasis diskusi tersebut.
Kata Kunci: Media Diskusi Kelompok, Pertumbuhan Pemahaman Mahasiswa, Pendidikan Pancasila Dan  Kewarganegaraan, Universitas Nusa Cendana Kupang
Application of Group Discussion Learning Media to the Growth of Students' Understanding of Pancasila and Citizenship Education (PPKn) at Nusa Cendana University, Kupang
Â
Yuvenalis Peka
Mahasiswa PPKn FKIP Undana
yuvenalispeka@gmail.com
Â
Abstract
Globalization affects all aspects of life, including education, where educational institutions need to ensure that all students have equal access to technology to support group discussion processes, as well as provide support for those who are less proficient in using it. Overall, this study confirms that the use of group discussion learning methods has a great contribution in education, especially in PPKn learning, has great potential to improve students' understanding of Pancasila values. However, its effectiveness is highly dependent on how the technology is integrated into the curriculum and how group dynamics in the discussion are managed. This study uses a descriptive design to examine the contribution of technology-based group discussion methods in improving students' understanding of Pancasila values, especially in Pancasila and Citizenship Education (PPKn) learning. The study population was fifth semester students of the Pancasila and Citizenship Education Study Program at Nusa Cendana University, with a sample selected using a purposive sampling technique of 20-30 students. Data collection methods include field observations, interviews, questionnaires, and documentation of the group discussion process, which aims to understand student participation, group dynamics, and the use of technology. Data analysis techniques involve qualitative analysis using thematic analysis of interview and observation data, and simple quantitative analysis for questionnaire data. The subjects of the study were students involved in group discussions and lecturers in charge of Pancasila and Citizenship Education (PPKn) courses who facilitated the discussion-based learning.
Â
Keywords: Group Discussion Media, Growth in Student Understanding, Pancasila and Citizenship Education, Nusa Cendana University Kupang
Pendahuluan
Â
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Sehingga tidak heran jika globalisasi dalam perkembangannya selalu memberikan berbagai tantangan dan permasalahan baru, serta menciptakan tatanan baru dunia (Surur and Arifin 2023:83). Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan (Muslimin, Erwin, Deden Heri, and Mohamad Erihadiana. 2021:81). Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir (Agustin, Dyah Satya Yoga 2011). Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia(Muslimin, Erwin, Deden Heri, and Mohamad Erihadiana. 2021). Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar (Musa, M. Insya. 2017). Pancasila sebagai suatu dasar filosofi terpenting bagi negara Indonesia, pancasila yang merupakan suatu dasar filsafat ini adalah suatu tatanan yang berisi nilai. Nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila ini sangat memiliki dampak bagi perkembangan negara indonesia kedepannya. Oleh karena itu pancasila pada dasarnya merupakan satu kesatuan (Savitri and Dewi 2021:165).
Era zaman sekarang yang serba-serbi modern ini, segala hal yang berkaitan dengan informasi terkait dari bidang pendidikan, politik, agama, ekonomi dan bidang-bidang yang lainnya dapat diketahui dengan singkat dan lengkap. Berkat adanya globalisasi ini membuat dunia seakan menjadi sempit. Artianya bahwa segala bentuk aksesan-aksesan mudah dijangkau dan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan manusia sudah semakin mudah dilakukan sehingga tentunya bisa dikatakan bahwa globalisasi membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat di seluruh dunia (Ilmiyanor, Muhammad 2021:1). Secara umum globalisasi juga menghasilkan dampak, baik dampak positif maupun negatif. Di dalam tatanan masyarakat, globalisasi memberikan banyak dampak positif bagi berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang teknologi yang memudahkan (Sallamah, Dewi, and Dinie Anggraeni Dewi. 2023:10). Namun, tak sedikit pula dampak negatif yang dihasilkan globalisasi bagi seluruh aspek kehidupan mulai dari pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan lain-lain (Listiana, Yhesa Rooselia. 2021) dan (Widianti, Fadhilah Dwi. 2022).
Perkembangan dunia pendidikan seakan tidak pernah ada kata habis (Suradji, Muchamad. 2018b). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan (Suradji, Muchamad. 2018c). Di tengah arus globalisasi yang kian deras, tantangan terbesar bagi dunia pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung proses pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam dan mampu berpikir kritis (Suradji, Muchamad. 2018a:128).
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bentuk pendidikan yang ditunjukan untuk generasi penerus bangsa agar mereka menjadi warga negara yang berfikir kritis dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Dalam konteks Kewarganegaraan, yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang berkarakter, memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, penggunaan teknologi dalam pembelajaran menawarkan peluang dan tantangan tersendiri. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan pengetahuan teoritis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang harus diinternalisasi oleh setiap individu mahasiswa (Kurniawati, Arini, and Fatma Ulfatun Najicha. 2023:100). Kurikulum merupakan suatu komponen penting yang menyatu dalam sistem pendidikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar di masing-masing lembaga pendidikan (Marsi Bani and, Petrus Ly, Soleman Nub Uf, Daud Nassa, Leonard Lobo, Thomas Kemil Masi, Fredik Kolo 2023:184). Metode ajar dan pembelajaran yang efektif dalam Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu mendorong pemahaman yang mendalam dan personal, yang kemudian diharapkan dapat tercermin dalam perilaku sehari-hari mahasiswa.
Salah satu metode pembelajaran yang mulai mendapatkan perhatian adalah pembelajaran berbasis diskusi kelompok yang memanfaatkan teknologi sebagai medianya. Diskusi kelompok adalah suatu metode pembelajaran di mana mahasiswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan sebuah topik, berbagi pandangan, dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Ketika metode ini dipadukan dengan teknologi, seperti penggunaan platform digital untuk diskusi daring, pemanfaatan video konferensi, atau media sosial sebagai sarana komunikasi kelompok, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas diskusi serta memungkinkan mahasiswa untuk mengakses informasi dan sumber daya yang lebih luas (Suryadi, Ahmad. 2020).
Namun demikian, efektivitas dari metode pembelajaran berbasis diskusi kelompok ini terhadap pemahaman individual mahasiswa masih perlu diteliti lebih lanjut. Mahasiswa dapat saling bertukar pandangan dan belajar dari satu sama lain, yang pada akhirnya diharapkan dapat memperkaya pemahaman individu mereka terhadap materi pembelajaran. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran bahwa ketergantungan pada diskusi kelompok dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara mandiri, mengingat diskusi kelompok cenderung memunculkan dinamika sosial yang bisa mempengaruhi pandangan (Sari, Defi Triana, et al. 2022). Pemahaman individual merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan, terutama dalam konteks Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mahasiswa tidak hanya diharapkan untuk sekedar memahami konsep secara teoritis, tetapi juga untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemahaman ini bersifat mendalam dan personal, mencakup bagaimana mahasiswa memaknai materi dalam konteks sosial dan moral. Dengan demikian, mempelajari bagaimana diskusi kelompok sebagai media pembelajaran berperan dalam membentuk pemahaman ini sangat relevan untuk menjamin keberhasilan tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Diskusi kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk mendorong interaksi sosial dan pemahaman mendalam di antara mahasiswa. Dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), diskusi kelompok dapat menjadi sarana untuk menganalisis isu-isu aktual, menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan memahami dinamika kebangsaan secara lebih luas. Namun, efektivitas diskusi kelompok sangat bergantung pada media yang digunakan, baik itu media tradisional maupun berbasis teknologi. Media pembelajaran yang tepat akan memungkinkan mahasiswa untuk lebih aktif, berpikir kritis, serta berkolaborasi dalam mencari solusi atas masalah yang dibahas.
Diskusi kelompok juga melibatkan dinamika interpersonal antar mahasiswa, yang dapat mempengaruhi kualitas pemahaman individu. Faktor-faktor seperti peran dalam kelompok, keterampilan komunikasi, dan pola interaksi menjadi penentu penting dalam efektivitas diskusi. Mahasiswa yang lebih dominan mungkin lebih mudah memahami materi, sementara yang cenderung pasif atau kurang percaya diri mungkin tidak mendapatkan manfaat yang optimal. Media pembelajaran yang interaktif dan melibatkan seluruh anggota kelompok secara merata bisa menjadi solusi untuk mengatasi tantangan ini. Oleh karena itu, penting untuk meneliti bagaimana dinamika kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempengaruhi pemahaman individu, terutama dalam konteks penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi. Diskusi yang efektif harus mampu mendorong keterlibatan aktif dari semua anggota kelompok, memberikan ruang bagi setiap mahasiswa untuk berkontribusi, dan memungkinkan refleksi kritis terhadap materi yang dibahas.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam mengenai pengaruh media pembelajaran diskusi kelompok terhadap pemahaman individual mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Hasil penelitian ini penting untuk pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif, terutama dalam mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan pedagogis yang tepat. Diskusi kelompok yang didukung oleh media pembelajaran yang sesuai dapat mendorong pertumbuhan pemahaman individual yang lebih mendalam, serta membantu mahasiswa menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dan Kewarganegaraan secara lebih efektif.
Metode Penelitian
Metode  yang  dilakukan  dalam mengkaji pengaruh diskusi kelompok terhadap pemahaman individual mahasiswa dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode  deskriptif  kualitatif. Metode deskriptif  merupakan metode dimana pengumpulan  data  untuk  mengakses  pertanyaan  penelitian  yang  berkaitan dengan persoalan yang dianggkat. Penelitian bertujuan untuk mengkaji fakta lapangan, keadaan subjek maupun objek yang akan di teliti. Dalam meneliti peneliti menggunakan beberapa teknik ataupun cara: observasi, wawancara, dan kuisioner untuk mendapatkan informasi dari  responden, mendokumentasikan  proses  diskusi  di  lapangan sebagai bukti penelitian, sehingga dapat mengukur sejauh mana partisipasi mahasiswa dalam diskusi kelompok serta berkontribusi terhadap pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa.
Hasil Penelitian
Metode diskusi kelompok terbukti efektif dalam pembelajaran berdasarkan hasil analisis kuisioner dan observasi lapangan. Mahasiswa terlibat aktif dalam pertukaran ide yang meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari. Melalui kolaborasi, mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah bersama-sama. Meski demikian, ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki agar metode ini lebih optimal. Diskusi kelompok mendorong mahasiswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, baik dengan dosen maupun teman sekelas, sehingga mereka dapat berpartisipasi dengan baik tanpa aturan yang terlalu kaku namun tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Dosen berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan mahasiswa berpartisipasi aktif.
Melalui metode ini, mahasiswa diharapkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi. Mereka didorong lebih optimis dan berani menyampaikan argumentasi dengan kosakata serta tata bahasa yang tepat. Dengan demikian, setiap penyampaian pendapat dapat tersampaikan dan dijawab dengan baik.
Program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Universitas Nusa Cendana menggunakan diskusi kelompok sebagai pendekatan utama untuk mengembangkan pemahaman mahasiswa. Diskusi ini dirancang untuk memfasilitasi pertukaran gagasan, pendapat, dan pandangan yang lebih luas. Dalam konteks pembelajaran PPKn, metode ini memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila dan kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa didorong untuk aktif mengemukakan pendapat terkait isu-isu kebangsaan, hak dan kewajiban warga negara, serta aspek-aspek demokrasi. Diskusi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman teori, tetapi juga kemampuan untuk mengaplikasikan konsep dalam konteks nyata, seperti menganalisis kebijakan pemerintah atau dinamika sosial-politik di Indonesia.
Diskusi kelompok juga berperan dalam pengembangan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim. Mahasiswa belajar mendengarkan pendapat orang lain, mengajukan argumen yang kuat, dan membangun solusi bersama melalui konsensus. Keterampilan ini penting bagi lulusan yang akan menjadi agen perubahan di masyarakat. Keberagaman sudut pandang dalam kelompok memperkaya diskusi dan memberikan wawasan baru yang mungkin tidak ditemukan dalam metode pembelajaran konvensional. Diskusi kelompok tidak hanya meningkatkan pemahaman akademik, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mahasiswa. Namun, tantangan utama dalam diskusi kelompok adalah kolaborasi yang baik di antara anggota. Tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan komunikasi dan kerja sama yang sama. Hal ini sering menimbulkan ketidakseimbangan partisipasi, dengan beberapa mahasiswa mendominasi diskusi sementara yang lain pasif. Peran dosen sebagai fasilitator sangat penting untuk memastikan setiap peserta mendapat kesempatan berbicara dan berkontribusi.
Keterampilan berbicara juga menjadi faktor penting. Mahasiswa dengan kemampuan komunikasi yang baik lebih percaya diri dalam menyampaikan ide, sementara yang kurang terbiasa berbicara mungkin merasa canggung atau tidak nyaman. Untuk itu, peningkatan keterampilan komunikasi melalui pelatihan atau latihan presentasi diperlukan. Manajemen waktu juga menjadi tantangan. Diskusi terkadang memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan karena kompleksitas isu yang dibahas. Pembatasan waktu diskusi dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan efisiensi dan mencapai tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan, meskipun metode diskusi kelompok bermanfaat, masih ada ruang untuk perbaikan. Mengatasi kurangnya kolaborasi, keterampilan berbicara yang belum optimal, dan manajemen waktu yang kurang efektif dapat membantu mengoptimalkan metode ini. Dengan begitu, diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran.
Hasil kuisioner terhadap mahasiswa PPKn semester V menunjukkan mayoritas mahasiswa merasakan manfaat diskusi kelompok dalam pembelajaran. Mereka merasa metode ini memfasilitasi pemahaman lebih mendalam karena kesempatan berbagi informasi dan saling melengkapi satu sama lain. Diskusi ini juga dianggap efektif untuk mengeksplorasi berbagai sudut pandang yang memperkaya pemahaman individu. Suasana diskusi yang interaktif mendorong partisipasi lebih aktif dan keberanian mengemukakan pendapat.
Di sisi lain, beberapa kelemahan muncul, seperti sulitnya memastikan semua anggota kelompok berpartisipasi secara merata. Kadang, hanya beberapa mahasiswa yang aktif, sementara yang lain pasif, sehingga distribusi pengetahuan dalam kelompok menjadi tidak merata. Keterbatasan waktu diskusi juga menjadi kendala, terutama saat membahas topik kompleks. Diskusi sering kali terhenti sebelum semua aspek dibahas secara tuntas, sehingga pemahaman mahasiswa menjadi kurang optimal.
Perbedaan tingkat pemahaman antar anggota kelompok juga menjadi perhatian. Mahasiswa yang lebih menguasai materi cenderung mendominasi diskusi, sedangkan yang kurang memahami materi terpinggirkan, yang berpotensi menimbulkan kesenjangan penguasaan materi. Meski demikian, beberapa mahasiswa merasa lebih nyaman belajar melalui diskusi kelompok. Mereka merasa bebas bertanya dan mendiskusikan hal-hal yang tidak mereka pahami dengan sesama mahasiswa. Diskusi kelompok juga memberikan ruang belajar yang kolaboratif, di mana mereka saling mendukung. Namun, diskusi yang kurang terarah bisa menyebabkan percakapan tidak relevan dan menghambat pembelajaran. Oleh karena itu, arahan dosen sangat penting untuk menjaga diskusi tetap fokus pada tujuan pembelajaran. Dosen perlu memberikan panduan yang jelas sebelum diskusi dimulai dan memastikan partisipasi aktif dari semua anggota kelompok. Dengan demikian, metode diskusi kelompok dapat menjadi alat pembelajaran yang lebih efektif.
Pembahasan
Dalam era globalisasi yang semakin berkembang pesat, Pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks. Globalisasi telah membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan dan menginternalisasi nilai-nilai lokal yang terkandung dalam Pancasila di tengah arus informasi global yang kian deras (Rizky, Namiroh.,et al 2024). Di satu sisi, globalisasi memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat terhadap berbagai informasi dari seluruh dunia, yang dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan mahasiswa. Namun, di sisi lain, globalisasi juga berpotensi mengikis nilai-nilai nasional jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang mendalam dan internalisasi nilai-nilai (Mesiono, Mesiono, et al. 2024) Â
Perubahan pesat dalam era global saat ini memunculkan sejumlah tantangan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan perguruan tinggi (Mesiono, et al. 2024:3147). Berbica mengenai pendidikan berarti sama halnya berbicara tentang bagaimana individu ataupun kelompok mampu memperbesar peluang hidup lebih layak dan sebagai mana mesti di harapkan. Pendidikan yang bersifat relatif ataupun fleksibel ini sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi berdasarkat tuntutan lingkungan maupun globalisasi itu sendiri. Di Indonesia, arus globalisasi memaksa institusi pendidikan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi tidak hanya terbatas pada akses informasi yang lebih luas, tetapi juga pada perubahan metode pengajaran yang menuntut pendidikan lebih inklusif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi. Hai ini dapat di lihat melalui seiring berjalannya waktu pendidikan pun terus mengalami pembaharuan dari masa ke masa guna  menyelaraskan  dengan  arus  globalisasi  yang  makintak  terbendung.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari kurikulum yang digunakan  terus dimodifikasi dari kurikulum pertama  yang diberlakukan  pada tahun 1947  selanjutnya  berturut-turut  disempurnakan  pada  tahun  1952,  1968,  1984,  1994,  2004,  2006  dan yang terbaru kurikulum 2013 (Bani, Marsi D.S dan Jelia Mau 2024:154).
Globalisasi dan Dampaknya terhadap Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Globalisasi berasal dari bahasa Inggris "the globe" atau bahasa Prancis "La monde", yang berarti bumi atau dunia. Maka "globalisasi" atau "mondialisation" adalah proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia (Suwahyu, Nurhilaliyah, and Sitti Muthmainnah. 2020:233). Baylis dan Smith mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses meningkatnya keterkaitan antara masyarakat, sehingga peristiwa yang terjadi di wilayah tertentu berpengaruh pada kehidupan manusia atau masyarakat di wilayah lain. Anthony Gidens menyebut globalisasi sebagai "time space distanciation", yaitu dunia tanpa batas; ruang dan waktu bukanlah kendala yang berarti dalam kondisi seperti ini (Dewi, Eva 2019:98).
Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, dengan dampak yang sangat signifikan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dihadapkan pada tantangan besar dalam mempertahankan nilai-nilai lokal di tengah arus global yang kuat. Di satu sisi, globalisasi memungkinkan akses yang lebih mudah terhadap informasi dari seluruh dunia, yang bisa memperkaya wawasan mahasiswa (Siddiq, Muhammad Ma'ruf, et al. 2024). Namun, di sisi lain, globalisasi juga berpotensi mengikis nilai-nilai nasional yang terkandung dalam Pancasila jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang mendalam dan internalisasi nilai-nilai tersebut (Widianti, Fadhilah Dwi. 2022). Manusia merupakan makhluk sosial yang saling bergantungan dengan sesamanya. Potensi seseorang akan terasa melalui interaksi sosial dengan orang lain. Begitu pula dengan siswa atau mahasiswa, sebagai individu yang hidup dilingkungannya, mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu pendidikan memiliki peran sentral atau signifikan dalam menjawabi hal di atas.
Sebagai contoh, dalam sebuah diskusi kelas tentang konsep demokrasi, mahasiswa mungkin lebih mudah terpengaruh oleh pandangan-pandangan demokrasi liberal yang mereka temukan di internet, tanpa memahami bahwa demokrasi yang diusung oleh Pancasila memiliki karakteristik dan konteks yang berbeda sesuai dengan budaya dan nilai-nilai Indonesia. Oleh karena itu, peran pendidikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sangat penting dalam memberikan pemahaman yang komprehensif kepada mahasiswa agar mereka mampu memilah dan menginternalisasi nilai-nilai yang sesuai dengan konteks Indonesia. Dari hasil observasi dikelas selama pembelajaran berlangsung terlihat sangat jelas bahwa masih banyak mahasiswa yang tidak terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran diskusi kelompok, ada beberapa orang yang hanya mengandalkan pada ketua kelompoknya, selain itu juga terlihat dari hasil self efficacy mahasiswa untuk belajar.
Pengaruh Teknologi dalam Proses Pembelajaran PPKn
Di era reformasi dan globalisasi, kondisi Pancasila seakan-akan "hilang dari jiwa dan raga sebagian besar generasi bangsa" dan bahkan hanya cenderung dijadikan slogan semata  (Pahlevi, Farida Sekti. 2017:66). Padahal Pendidikan Kewarganegaraan sesungguhnya tidak hanya dibutuhkan bangsa Indonesia semata tetapi juga mengandung makna dijadikan pengetahuan dan pijakan dalam berfikir dan bertindak bangsa Indonesia (Pahlevi, Farida Sekti 2017:66). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran PPKn. Teknologi telah memungkinkan akses yang lebih luas terhadap sumber daya pembelajaran dan menciptakan metode pembelajaran yang lebih interaktif. Namun, penggunaan teknologi dalam pembelajaran PPKn juga menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu tantangan tersebut adalah bagaimana teknologi dapat digunakan secara efektif untuk mendukung tujuan pembelajaran PPKn yang berfokus pada pembentukan karakter dan internalisasi nilai-nilai Pancasila (Edi Widianto 2021).
Pengaruh Diskusi Kelompok terhadap Pemahaman Individu Diskusi kelompok dapat memberikan dampak positif terhadap pemahaman individu, terutama ketika diskusi tersebut melibatkan pertukaran ide dan pemikiran kritis. Namun, dinamika kelompok juga bisa menjadi tantangan. Misalnya, dominasi oleh beberapa anggota kelompok dapat membatasi partisipasi anggota lainnya, yang bisa mempengaruhi pemahaman mereka secara individu. Pendidikan Seiring dengan perkembangan teknologi, dunia pendidikan menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam sistem pembelajaran. Meskipun teknologi memberikan peluang untuk meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas pembelajaran, tantangan muncul dalam bentuk kesiapan infrastruktur, pelatihan guru, dan kesenjangan digital di antara siswa. Dalam konteks Pancasila dan Kewarganegaraan, teknologi harus dimanfaatkan untuk mendukung pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila, sambil mengatasi tantangan tersebut (Isnaeni, Rini Nur, et al. 2022)
Ketergantungan pada Teknologi dalam Pembelajaran Salah satu kekhawatiran dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran adalah potensi ketergantungan yang dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara mandiri. Dalam diskusi kelompok berbasis teknologi, mahasiswa mungkin terlalu bergantung pada informasi yang tersedia secara online, tanpa memprosesnya secara kritis. Ini bisa menghambat pengembangan keterampilan berpikir analitis yang mendalam.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara pembelajaran, termasuk dalam PPKn. Teknologi memungkinkan akses yang lebih luas terhadap sumber daya pembelajaran dan menciptakan metode pembelajaran yang lebih interaktif. Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana teknologi ini dapat digunakan secara efektif untuk mendukung tujuan pembelajaran PPKn yang berfokus pada pembentukan karakter dan internalisasi nilai-nilai Pancasila. Misalnya, penggunaan video konferensi dalam pembelajaran daring memungkinkan interaksi yang lebih luas antara dosen dan mahasiswa, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa mengurangi kedalaman diskusi tentang nilai-nilai Pancasila. Dalam situasi seperti ini, mahasiswa mungkin lebih cenderung berfokus pada aspek teknis dari pembelajaran, seperti bagaimana menggunakan teknologi, daripada mendalami nilai-nilai yang seharusnya menjadi inti dari pembelajaran PPKn (Sunandi, Isep, et al. 2023).
Â
Diskusi Kelompok Berbasis Teknologi sebagai Metode Pembelajaran PPKn
Diskusi kelompok adalah metode pembelajaran yang melibatkan sekelompok individu untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan memecahkan masalah bersama. Proses ini mendorong partisipasi aktif setiap anggota, yang pada akhirnya mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Dalam pendidikan, diskusi kelompok memungkinkan mahasiswa membahas topik secara mendalam dan mendengarkan sudut pandang yang berbeda, sehingga memperluas wawasan dan membangun pemahaman komprehensif tentang materi. Diskusi ini juga menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat serta kemampuan berargumen secara logis dan koheren.
Metode diskusi kelompok biasanya dimulai dengan pembagian mahasiswa ke dalam kelompok kecil, terdiri dari 3 hingga 6 orang. Setiap kelompok diberikan topik atau masalah untuk dibahas, dengan seorang fasilitator (dosen atau anggota kelompok) yang bertugas menjaga alur diskusi agar tetap terarah dan produktif. Metode ini efektif dalam mendorong interaksi sosial, meningkatkan keterlibatan mahasiswa, serta merangsang kemampuan berpikir kritis. Agar optimal, dosen perlu berperan sebagai pembimbing yang memastikan semua anggota terlibat merata dan diskusi berlangsung efisien dalam kerangka waktu yang ditentukan.
Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menyediakan akses luas ke sumber belajar, seperti e-book, video pembelajaran, dan platform diskusi daring, memungkinkan mahasiswa belajar mandiri di luar kelas dan memperkaya pemahaman. Namun, efektivitas penggunaan teknologi bergantung pada integrasinya dalam kurikulum dan strategi pengajaran (Mawardi, Amirah. 2023)
Diskusi kelompok berbasis teknologi kini semakin banyak digunakan. Metode ini memungkinkan mahasiswa bekerja sama, mendiskusikan topik tertentu, dan mencari solusi bersama. Ketika dipadukan dengan teknologi seperti platform diskusi daring atau media sosial, efektivitas pembelajaran meningkat melalui akses informasi yang lebih luas dan fleksibilitas diskusi. Namun, ada kekhawatiran bahwa teknologi dapat mempengaruhi kemampuan berpikir mandiri mahasiswa. Misalnya, dalam diskusi tentang hak dan kewajiban warga negara, teknologi mungkin membuat mahasiswa lebih fokus pada pendapat yang populer di media sosial daripada mengembangkan pemahaman mereka sendiri.
Tantangan dalam Mempertahankan Pemahaman Individual di Era Digital
Pemahaman individual merupakan aspek krusial dalam pembelajaran PPKn. Setiap mahasiswa diharapkan tidak hanya memahami materi secara teori, tetapi juga mampu menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan yang muncul dalam era digital adalah bagaimana teknologi dan diskusi kelompok dapat mendorong atau justru menghambat pemahaman ini. Ketergantungan pada teknologi mungkin membuat mahasiswa lebih cenderung mengikuti pendapat mayoritas dalam kelompok tanpa menganalisisnya secara kritis (Judrah, Muh, et al. 2024). Misalnya, dalam tugas kelompok yang membahas peran Pancasila sebagai dasar negara, mahasiswa mungkin hanya mengikuti pendapat anggota kelompok yang lebih dominan tanpa memahami sepenuhnya argumen yang disampaikan.
Meminimalkan Risiko Kesenjangan Teknologi Kesenjangan digital antara mahasiswa yang lebih mahir dalam menggunakan teknologi dengan yang kurang mahir merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Institusi pendidikan perlu memastikan bahwa semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan pelatihan yang memadai untuk menggunakan teknologi tersebut dalam proses pembelajaran. Ini penting untuk memastikan bahwa teknologi benar-benar meningkatkan pemahaman individu, bukan justru menciptakan kesenjangan baru.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teknologi
Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Pancasila Globalisasi dapat mempengaruhi internalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa. Arus informasi global yang masuk ke Indonesia membawa berbagai nilai dan budaya asing, yang kadang kala bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk memanfaatkan teknologi dalam memperkuat nilai-nilai nasional tersebut, serta mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya mempertahankan identitas kebangsaan di tengah pengaruh global (Saputro, 2022).
Selain teknologi dan metode pembelajaran, ada faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, seperti kemampuan mahasiswa dalam menggunakan teknologi, sikap terhadap pembelajaran berbasis teknologi, dan dinamika kelompok dalam diskusi. Mahasiswa yang lebih mahir dalam menggunakan teknologi mungkin lebih mudah mengakses informasi dan berpartisipasi dalam diskusi, sementara mereka yang kurang mahir bisa tertinggal. Hal ini bisa menciptakan kesenjangan dalam pemahaman antara mahasiswa yang berbeda kemampuan teknologinya. Misalnya, dalam sebuah proyek kelompok yang mengharuskan penggunaan platform diskusi daring, mahasiswa yang tidak terbiasa dengan teknologi mungkin mengalami kesulitan dalam berkontribusi secara efektif.
Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan teknologi merupakan faktor kunci dalam efektivitas pembelajaran berbasis teknologi. Mahasiswa yang sudah terbiasa dengan berbagai alat dan platform digital dapat lebih cepat beradaptasi dan memanfaatkan teknologi dengan optimal. Sebaliknya, mahasiswa yang kurang familiar dengan teknologi mungkin menghadapi kesulitan teknis yang dapat menghambat partisipasi mereka dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan pelatihan atau dukungan tambahan bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan, agar semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi secara efektif.
Sikap mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis teknologi juga mempengaruhi efektivitasnya. Mahasiswa yang memiliki sikap positif dan terbuka terhadap penggunaan teknologi cenderung lebih aktif dalam memanfaatkan berbagai alat dan sumber daya digital. Sebaliknya, mahasiswa yang skeptis atau enggan menggunakan teknologi mungkin kurang termotivasi untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan berbasis teknologi. Penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan memotivasi mahasiswa untuk melihat teknologi sebagai alat bantu yang bermanfaat, bukan sebagai hambatan.
Dinamika kelompok dalam diskusi berbasis teknologi juga berperan penting dalam menentukan efektivitas pembelajaran. Diskusi kelompok yang dilakukan secara daring dapat menghadapi tantangan seperti kurangnya interaksi tatap muka, yang dapat mempengaruhi kualitas komunikasi dan kolaborasi. Untuk mengatasi hal ini, dosen perlu memastikan adanya struktur yang jelas dalam diskusi, termasuk aturan dan peran yang ditetapkan dengan baik. Selain itu, penggunaan fitur-fitur teknologi yang mendukung interaksi aktif, seperti video konferensi dan platform kolaboratif, dapat membantu meningkatkan keterlibatan dan efektivitas diskusi kelompok.
Â
Upaya dalam Meminimalisir Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teknologi
Pendekatan Pembelajaran yang Terfokus pada Pemahaman Mendalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus mengedepankan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga menekankan pada pemahaman yang mendalam dan aplikatif. Dengan memanfaatkan teknologi dan metode diskusi kelompok, dosen dapat mendorong mahasiswa untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat (Sukmayadi, 2024).
Peran Dosen dalam Memfasilitasi Diskusi Kelompok Dosen memiliki peran penting dalam memfasilitasi diskusi kelompok, terutama dalam memastikan bahwa setiap mahasiswa terlibat aktif dan mendapatkan manfaat maksimal dari diskusi tersebut. Dengan menggunakan teknologi, dosen dapat memantau dan memberikan umpan balik secara langsung, serta mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Dosen juga perlu memastikan bahwa diskusi berjalan dengan lancar dan adil, serta mencegah dominasi oleh beberapa anggota kelompok.
Evaluasi Efektivitas Metode Pembelajaran Berbasis Teknologi Evaluasi terus-menerus terhadap efektivitas metode pembelajaran berbasis teknologi sangat penting untuk memastikan bahwa metode tersebut benar-benar mendukung tujuan pendidikan. Dalam konteks PPKn, evaluasi ini dapat dilakukan melalui penilaian terhadap pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Pancasila oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Data yang diperoleh dari evaluasi ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran di masa depan.
Pemahaman Individual dan Dampaknya terhadap Perilaku Pemahaman individu terhadap materi pembelajaran, terutama dalam pendidikan moral seperti PPKn, memiliki dampak langsung terhadap perilaku mereka dalam masyarakat. Mahasiswa yang benar-benar memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila cenderung akan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang mendorong pemahaman mendalam, seperti diskusi kelompok berbasis teknologi, harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan ini.
Implikasi Penelitian terhadap Pengembangan Metode Pembelajaran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif, khususnya dalam pendidikan PPKn. Temuan tentang pengaruh teknologi dan diskusi kelompok terhadap pemahaman individu dapat menjadi dasar bagi pengembangan kurikulum dan strategi pengajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di era digital. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan wawasan baru bagi para pendidik dalam mengatasi tantangan-tantangan yang muncul dari penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Simpulan dan Saran
Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak yang signifikan terhadap pendidikan, termasuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Teknologi, yang awalnya merupakan pilihan, kini menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran, menawarkan banyak manfaat seperti akses yang lebih luas terhadap informasi dan metode pembelajaran yang lebih interaktif. Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tidak mengurangi kualitas pembelajaran, khususnya dalam hal kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan mandiri.Â
Dalam konteks PPKn, globalisasi membuka peluang bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan mereka, tetapi juga berpotensi mengikis nilai-nilai Pancasila jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang mendalam dan internalisasi nilai-nilai tersebut. Misalnya, dalam diskusi tentang demokrasi, mahasiswa mungkin lebih mudah terpengaruh oleh pandangan-pandangan dari luar yang mereka temukan di internet, tanpa memahami konteks demokrasi yang diusung oleh Pancasila.
Diskusi kelompok berbasis teknologi menjadi salah satu metode pembelajaran yang semakin umum digunakan. Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mendiskusikan topik tertentu dengan bantuan teknologi. Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana mendorong mahasiswa untuk tetap mengembangkan pemahaman pribadi mereka dan tidak hanya mengikuti pendapat mayoritas tanpa analisis kritis. Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi yang tepat dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum PPKn. Salah satu rekomendasi adalah perlunya pelatihan bagi dosen dan mahasiswa dalam penggunaan teknologi, sehingga mereka dapat memanfaatkannya secara efektif untuk mendukung pembelajaran. Selain itu, pengembangan kurikulum yang mendukung internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui metode pembelajaran yang inovatif dan efektif juga sangat diperlukan.Â
Secara keseluruhan, pendekatan yang holistik dalam penggunaan teknologi dan metode diskusi kelompok sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran PPKn. Teknologi harus dilihat sebagai alat yang mendukung pembelajaran yang mendalam dan bermakna, bukan sebagai pengganti pemahaman kritis dan independen. Dengan pendekatan pedagogis yang tepat, teknologi dapat membantu mahasiswa menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka, sambil tetap menjaga kualitas dan kedalaman pembelajaran. Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara, penulis dapat merekomendasi beberapa solusi dalam menyikapi persoalan di atas;
Pengembangan Kurikulum yang Adaptif: Institusi pendidikan perlu mengembangkan kurikulum yang tidak hanya mengintegrasikan teknologi secara efektif tetapi juga mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan mandiri. Kurikulum harus dirancang untuk mengakomodasi metode pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif, yang tetap berfokus pada internalisasi nilai-nilai Pancasila. Pendekatan Holistik dalam Penggunaan Teknologi: Teknologi harus dilihat sebagai pelengkap, bukan pengganti metode pengajaran tradisional. Penggunaan teknologi dalam diskusi kelompok harus disertai dengan pengawasan yang ketat dan umpan balik yang konstruktif dari dosen untuk memastikan bahwa mahasiswa tetap mengembangkan pemahaman pribadi mereka. Penguatan Internal Nilai-Nilai Pancasila: Pendidikan PPKn harus lebih menekankan pada internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui metode pembelajaran yang aplikatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa. Teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat pemahaman ini, tetapi harus diimbangi dengan pengajaran yang menekankan konteks lokal dan nasional. Evaluasi Berkelanjutan: Institusi pendidikan harus melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap efektivitas penggunaan teknologi dalam pembelajaran PPKn. Evaluasi ini penting untuk menilai apakah metode yang digunakan berhasil meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila dan bagaimana metode tersebut dapat disesuaikan untuk mengatasi tantangan yang muncul.
Daftar Rujukan
Buku
Suryadi, Ahmad. Teknologi dan media pembelajaran jilid i. CV Jejak (Jejak Publisher), 2020.
Jurnal
Agustin, Dyah Satya Yoga. 2011. "Penurunan Rasa Cinta Budaya Dan Nasionalisme Generasi Muda Akibat Globalisasi." Jurnal Sosial Humaniora (JSH) 4(2):177-185.
Bani, Marsi and and , Petrus Ly, Soleman Nub Uf, Daud Nassa, Leonard Lobo, Thomas Kemil Masi, Fredik Kolo. 2023. "Pendampingan Penyusunan Modul Ajar Bagi Guru SMP Se-Kabupaten Belu." Universitas Nusa Cendana Http://Journal.Neolectura.Com/Index.Php/Kangmas 4(3):184--87. doi: https://doi.org/10.37010/kangmas.v4i3.1498.
Bani, Marsi D.S dan Jelia Mau. 2024. "PERAN GURU PPKN DALAM MENANAMKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR DAN SEMANGAT KEBANGSAAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 5 KUPANG." Gatra Nusantara (Jurnal Politik, Hukum, Sosial Budaya, Dan Pendidikan 22(1):153--67.
Dewi, Eva. 2019. "Potret Pendidikan Di Era Globalisasi Teknosentrisme Dan Proses Dehumanisasi." UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (SUKMA: Junal Pendidan) 3(1):93--116. doi: https://doi.org/10.32533/03105.2019.
Edi Widianto. 2021. "PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI." Journal of Education and Teaching 2(2):213--24. doi: http://dx.doi.org/10.24014/jete.v2i2.11707.
Ilmiyanor, Muhammad. 2021. "Seputar Wawasan Nasionalisme Di Era Globalisasi Terhadap Generasi Muda Regarding the Insights of Nationalism in the Era of Globalization to the Young."
Judrah, Muh, et al. 2024. ""Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Karakter Peserta Didik Upaya Penguatan Moral." Journal of Instructional and Development Researches 4(1).
Kurniawati, Arini, and Fatma Ulfatun Najicha. 2023. "Pentingnya Peningkatan Kesadaran Kewarganegaraan Pada Mahasiswa Di Lingkungan Kampus." Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 12(2):98--109.
Listiana, Yhesa Rooselia. 2021. "Listiana, Yhesa Rooselia. 'Dampak Globalisasi Terhadap Karakter Peserta Didik Dan Kualitas Pendidikan Di Indonesia.'" Https://Jptam.Org/Index.Php/Jptam/Article/View/1134 5(1):1544-1550.
Mawardi, Amirah. 2023. "Edukasi Pendidikan Agama Islam Dalam Pemanfaatan Sumber-Sumber Elektronik Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah." Journal on Education 6(1).
Mesiono, Mesiono, et al. 2024. ""Dinamika Kepemimpinan Perguruan Tinggi: Tantangan Dan Strategi Manajemen Untuk Menanggapi Perubahan Cepat Di Era Globalisasi." JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 7(3):3146-3153.
Musa, M. Insya. 2017. "Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia." Pesona Dasar: Jurnal Pendidikan Dasar Dan Humaniora 3(1).
Muslimin, Erwin, Deden Heri, and Mohamad Erihadiana. 2021. "Kesiapan Merespon Terhadap Aspek Negatif Dan Positif Dampak Globalisasi Dalam Pendidikan Islam." Aug 3, 1, 80--87.
Pahlevi, Farida Sekti. 2017. "Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Dalam Memperkokoh Karakter Bangsa Indonesia." Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 2(1`):65--81.
Pahlevi, Farida Sekti. 2017. "Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Dalam Memperkokoh Karakter Bangsa Indonesia." Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 2(1):66--81.
Rizky, Namiroh.,et al. 2024. "Kecenderungan Global Dalam Proses Pembelajaran Pancasila Dan Kewarganegaraan Di Sekolah." Journal Of Islamic Primary Education 2(1):67--78.
Sallamah, Dewi, and Dinie Anggraeni Dewi. 2023. "Peran Dan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Berkehidupan Di Era Globalisasi." Antropocene: Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora 3(1):9--14.
Savitri, Aini Shifana, and Dinie Anggraeni Dewi. 2021. "IMPLEMENTASI NILAI -- NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN DI ERA GLOBALISASI." http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_inventa 05(2):165--77.
Siddiq, Muhammad Ma'ruf, et al. 2024. "Globalisasi Dan Identitas Politik: Pengujian Terhadap Konsep Nasionalisme Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang." Jurnal Mediasi 3:224--35.
Sunandi, Isep, et al. 2023. "Dampak Integrasi Teknologi Pada Pengalaman Belajar Mahasiswa Perguruan Tinggi." Jurnal Pendidikan Tambusai 7(1).
Suradji, Muchamad. 2018a. ""Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Bidang Kesiswaan, Kepegawaian Dan Keuangan Di Sma Muhammadiyah 1." TALIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam 1(2):127--51. doi: https://doi.org/10.52166/talim.v1i2.957.
Suradji, Muchamad. 2018b. "Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Bidang Kesiswaan, Kepegawaian Dan Keuangan Di Sma Muhammadiyah 1 Gresik." TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam 1(2):347-371.
Suradji, Muchamad. 2018c. "'Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Bidang Kesiswaan, Kepegawaian Dan Keuangan Di Sma Muhammadiyah 1 Gresik.' 1.2 ." TA'LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam 1(2):347--71.
Surur, Miftahus, and Muhammad Muzanni Arifin. 2023. "WASATHIYAH ISLAM NUSANTARA DALAM MEMBANGUN KONSEP MODERASI PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI." Vol. 3 No.2:80--93.
Suryadi, Ahmad. 2020. Teknologi Dan Media Pembelajaran CV Jejak (Jejak Publisher), 2020. jilid i. CV Jejak. Anggota IKAPI.
Suwahyu, Irwansyah, Nurhilaliyah Nurhilaliyah, and Sitti Muthmainnah. 2020. "Aksiologi Pemikiran Pendidikan Islam Syekh Nawawi Al-Bantani Di Era Globalisasi." Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam 6(2):229-243. doi: https://doi.org/10.19109/tadrib.v6i2.5149.
Widianti, Fadhilah Dwi. 2022. "Dampak Globalisasi Di Negara Indonesia." Http://Jurnal.Uwp.Ac.Id/Fisip/Index.Php/Jisp/Article/View/122 2(1):73-95. doi: https://doi.org/10.38156/jisp.v2i1.122.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H