*
Kirana meneteskan air matanya saat mendengarkan ceritaku. Ia memegangi kalung Alisia dan masih terus menangis bahkan saat aku sudah berhenti bercerita. Aku merasa sedikit lega karena sudah menceritakan kejadian Alisia, seolah aku sudah membagi bebanku yang kupendam sendiri selama tiga tahun.
"Jadi... kakak hanya memikirkan itu selama tiga tahun? Aku nggak bisa bayangin rasanya. Setiap hari kakak mungkin menyalahkan diri sendiri. Rasanya pasti sakit," Aku terdiam dan membiarkan Kirana menepuk bahuku, mencoba menguatkan aku.
"Ibu sama Ryfan nggak tahu, kan? Kenapa kakak nggak mau cerita apa yang terjadi sebenarnya? Mereka hanya tahu kakak dan pacar kakak terlibat kecelakaan, tapi kakak nggak pernah menceritakan yang kakak rasakan. Tapi, kalau aku boleh jujur, menurutku kakak nggak salah,"
"Nggak salah? Aku yang salah mengambil keputusan dan membuat Alisia pergi,"
"Itu semua sudah takdir. Lagipula, bukan kakak yang membuat kecelakaan itu terjadi. Mobil boks itu yang terguling dan menabrak mobil kakak. Kakak dan pacar kakak hanya korban, dan itu bukan kesalahan. Hanya nasib sial yang nggak bisa dihindari,"
"Tapi kalau aku nggak ngambil keputusan, kecelakaan ini nggak mungkin terjadi!"
"Kak, umur manusia sudah ada yang atur, walaupun hari itu kakak nggak ngambil keputusan itu, pacar kakak tetap akan pergi karena sudah takdirnya kak!" Aku diam, kaget mendengar suara Kirana yang meninggi.
"Aku ngerti kakak sedih, aku ngerti kakak merasa bersalah, tapi sikap kakak selama ini bukan sikap yang tepat. Yang ditakdirkan pergi tetap akan pergi, dan kita nggak akan bisa mencegah itu. Rasa bersalah kakak juga nggak akan berguna karena disini kakak dan pacar kakak hanya korban. Menghukum diri sendiri seperti ini selama tiga tahun nggak akan bisa membawa pacar kakak kembali hidup. Hal yang bisa kakak lakukan hanya mensyukuri kenyataan kalau kakak hidup dan menjalani hidup kakak dengan baik,"
"Walaupun kakak tahu kalau akan ada kecelakaan hari itu dan kakak bisa menghindarinya, pacar kakak juga tetap akan pergi karena umurnya hanya sampai hari itu. Apa kakak pikir, pacar kakak akan senang kalau lihat kakak seperti ini? Kalau dia benar-benar cinta, dia malah akan benci sikap kakak seperti hari ini. Dia pasti mau kakak bahagia walaupun dia sudah nggak ada. Cara terbaik kita membalas cinta orang yang meninggalkan kita adalah menjalani hidup dengan baik juga,"
*