Mohon tunggu...
Yusrina Imaniar
Yusrina Imaniar Mohon Tunggu... QC Supervisor -

If you want to give me feedback or even REPOST my stories, please contact me on : Email : iyusrina30@gmail.com Instagram : @yusrinaimaniar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pangeran Hitam, Putri Cahaya, dan Ksatria Putih (Part 6)

17 November 2017   09:03 Diperbarui: 17 November 2017   09:08 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Eh? Aku harus ikut kemana?" Kirana menatapku dan ibu bergantian sambil memiringkan kepalanya.

"Ke Jakarta. Temani Nino ya? Mau, kan?" tanya ibu pada Kirana.

"Hmm... Baiklah bu. Kirana ganti baju sama telepon Ryfan dulu ya,"

Ibu mengangguk dan memelukku sekali lagi. Aku benar-benar harus pergi. Ini adalah janji yang kubuat didepan makam Alisia saat Alisia disemayamkan. Aku akan berkunjung kesana setiap hari ulang tahunnya, membawakan mawar putih kesukaannya. Aku berjanji untuk menceritakan apa yang terjadi saat dirinya tak ada. Aku berjanji... untuk terus mencintainya hingga akhir.

*

Ryfan P.O.V

Kirana meneleponku dan mengatakan kalau dia harus pergi ke Jakarta menemani kak Nino. Aku tidak bisa melarangnya. Lagipula, aku sudah tahu apa tujuan kak Nino pergi ke Jakarta. Ia ingin melihat Alisia. Padahal, aku dan Kirana sempat memiliki rencana bepergian dan kami akan mengajak kak Nino lagi. Awalnya aku berharap kak Nino akan melupakan hari ini, tapi ternyata tidak. Gadis itu seperti sudah membawa hidup kak Nino bersama kematiannya. Disaat seperti ini kak Nino pasti butuh teman. Aku yakin Kirana bisa membantu kak Nino disaat begini. Gadis itu ceria, saking cerianya dimataku dia sangat bercahaya. Hidup kak Nino yang gelap saat ini mungkin bisa sedikit terang.

Sejak kecil, kak Nino sangat disayangi oleh kedua orangtuaku. Apapun yang dikatakan dan dilakukannya selalu benar. Bahkan tidak sulit bagi kak Nino mendapatkan restu atas hubungannya dan Alisia. Satu-satunya yang kumiliki untukku sendiri mungkin hanyalah Kirana. Kirana adalah alasan atas segalanya, termasuk alasanku memilih jurusan kuliahku.

<<

8 tahun yang lalu, rumah sakit kamar rawat Kirana

Kirana terlihat sangat lemah. Wajahnya begitu pucat dan dia sekarang ini sedang tidur. Aku duduk disebelahnya, bergantian menjaga Kirana. Butiran keringat didahinya membuat dia terlihat gelisah. Sinar hidup dari wajahnya menghilang. Dua hari yang lalu Kirana ditemukan pingsan oleh kak Nino. Badannya panas tinggi. Melihat Kirana seperti ini membuatku merasa tidak berdaya. Aku tidak bisa melakukan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun