Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya "High Context", Pidato Prabowo tentang "Tampang Boyolali" Menjadi Tidak Nyambung

6 November 2018   10:34 Diperbarui: 6 November 2018   19:08 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4.      Menggunakan low context dalam menjalankan kegiatan bisnis menjadi sangat mengutamakan professionaltas karena tidak mencampuradukan dengan masalah-masalah pribadi dengan pekerjaan yang dikelola

5.      Menjadi sangat menarik karena hubungan antara atasan dengan bawahan terbuka dan tidak terlalu fokus pada sapaan kehormatan atau sapaan basa-basi.

V. Indonesia itu High context atau Low context

Menurut Anda, apakah Indonesia termasuk dalam kutub yang mana, high atau low context?

Hasil-hasil penelitian menunujukkan juga bawa kedua kutub ini hanyalah kecenerungan semata. Artinya, suatu negara atau suatu komunitas biasanya kedua kutub ini selalau hadir. Hanya saja ada yang dominan dan konteksnya berbeda. MIsalnya, didalam Indonesia sendiri, dengan beragam suku dan daerah maka masing-masing berbeda.

Suku Jawa misalnya cenderung pada High-context culture, sementara Suku Batak cenderung pada Low-context culture. Demikian juga dengan suku-suka lainnya yang ada di seluruh tanah air.

Orang Jepang dalam berhubungan dengan keluarga cenderung menggunakan high-context, sementara orang Jepang kalau berhubungan dengan orang luar cenderung menggunakan low-context.

Pesan kuat dan pentingnya adalah setiap orang harus menyadari dan memahami sebuah lingkungan baik besar maupun kecil, ketika hendak berkomunikasi dengan orang lain. Agar tidak muncul mis-communication dan mis-understanding yang menlahirkan banyak masalah, konflik antara komunitas dan kekacauan interaksi sosial.

Jangan menggunakan High-context culture ditengah publik yang menggunakan Low-context culture, tidak nyambung dan menciptakan kegaduhan!

Yupiter Gulo, 6 November 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun