4. Â Â Â Menggunakan low context dalam menjalankan kegiatan bisnis menjadi sangat mengutamakan professionaltas karena tidak mencampuradukan dengan masalah-masalah pribadi dengan pekerjaan yang dikelola
5. Â Â Â Menjadi sangat menarik karena hubungan antara atasan dengan bawahan terbuka dan tidak terlalu fokus pada sapaan kehormatan atau sapaan basa-basi.
V. Indonesia itu High context atau Low context
Menurut Anda, apakah Indonesia termasuk dalam kutub yang mana, high atau low context?
Hasil-hasil penelitian menunujukkan juga bawa kedua kutub ini hanyalah kecenerungan semata. Artinya, suatu negara atau suatu komunitas biasanya kedua kutub ini selalau hadir. Hanya saja ada yang dominan dan konteksnya berbeda. MIsalnya, didalam Indonesia sendiri, dengan beragam suku dan daerah maka masing-masing berbeda.
Suku Jawa misalnya cenderung pada High-context culture, sementara Suku Batak cenderung pada Low-context culture. Demikian juga dengan suku-suka lainnya yang ada di seluruh tanah air.
Orang Jepang dalam berhubungan dengan keluarga cenderung menggunakan high-context, sementara orang Jepang kalau berhubungan dengan orang luar cenderung menggunakan low-context.
Pesan kuat dan pentingnya adalah setiap orang harus menyadari dan memahami sebuah lingkungan baik besar maupun kecil, ketika hendak berkomunikasi dengan orang lain. Agar tidak muncul mis-communication dan mis-understanding yang menlahirkan banyak masalah, konflik antara komunitas dan kekacauan interaksi sosial.
Jangan menggunakan High-context culture ditengah publik yang menggunakan Low-context culture, tidak nyambung dan menciptakan kegaduhan!
Yupiter Gulo, 6 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H