Bila perlu, once and forever, ya, sekali dan selamanya. Berpindah-pindah pekerjaan bagi seseorang sesungguhnya tidaklah menyenangkan karena tidak saja harus memulai segala sesuatu dengan hal yang baru, lingkungan kerja baru, penyesuaian yang baru, masuk dalam budaya organisasi yang baru, dan hal-hal lainnya yang pada dasarnya tidaklah menjadi indikator seorang karyawan yang baik adanya.
Ketika seorang karyawan berkeinginan untuk pindah pekerjaan dan pada akhirnya harus keluar dari pekerjaannya, secara manajerial dapat disimpulkan bahwa harapannya tidak mampu dipenuhi oleh perusahaan yang mempekerjakannya.Â
Ini wajar adanya, ketika pekerjaan yang sudah dijalani jauh dari harapan awalnya harusnya lebih baik keluar dan pindah ketempat lain. Bila tidak keluar, dipastikan karyawannya tidak akan nyaman bekerja dan kinerjanya pasti tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Mempertimbangkan dampak negatif turn-over karyawan maka Manajemen harus mampu mengelola persoalan yang dihadapi oleh karyawan, terutama memberikan perhatian yang utama pada kebutuhan dasar setiap karyawan itu sendiri. Hanya dengan cara memenuhi apa yang menjadi harapan, cita-cita dan mimpi merekalah turn-over maupun turn-over intention bisa dikurangi sekecil mungkin angkanya. Â
Ada berbagai cara yang bisa diambil oleh perusahaan, selain kebutuhan dasar tetapi lebih penting adalah pemberdayaan, pengembangan diri, serta keterlibatan dalam proses manajerial pekerjaan yang dilakukan. Akan mendorong karyawan untuk meningkatkan employee engagement, maupun employee organizational commeetment yang tinggi.Â
Semakin tinggi rasa keterikatan dan komitment organisasi karyawan, makaa rasa memilikinya akan semakin dan pada akhirnya loyalitas akan tinggi pula. Ini menjadi indikator bahwa turn-over maupun turn over intention akan bisa ditekan pada level terendah.
Mengenali Sinyal untuk Job Resign :
Apapun situasinya seorang karyawan tidak boleh lengah apalagi terbawa arus dalam situasi yang tidak mengutungkan untuk mengeplorasi dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki ketika berada dalam suatu posisi pekerjaannya. Sebab, fakta memperlihatkan bahwa seorang karyawan menghabiskan lebih banyak waktu yang berharga ditempat pekerjaannya daripada ditempat lain.Â
Bahkan waktu seorang karyawan, bisa jadi, lebih banyak ditempat pekerjaanya dibandingkan dirumah bersama dengan keluarganya. Ini tentu berlaku di kota-kota besar seperti Jakarta. Seorang karyawan sudah harus meninggalkan rumah paling terlambat pukul 06.00 pagi dan pulang kerumah paling cepat pukul 19.00 dimalam hari.
Oleh karenanya, sangat penting bagi seorang karyawan untuk menghabiskan waktu di perusahaan yang tepat dengan posisi yang tepat serta berusaha dengan keras untuk mengejar peluang yang tepat disepanjang waktu yang tersedia baginya. Harapan ini tidak muluk-muluk adanya dan sangat wajar dialami oleh seseorang.
Namun fakta sering berbicara lain. Yaitu, banyak karyawan mengalami lebih banyak ketidakpuasan dalam pekerjaannya karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan sementara tidak memiliki kendali atau control yang memadai untuk bereksplorasi dalam wilayah tanggungjawabnya. Akibatnya karyawan akan mengalami penderitaan psikologis yang sangat serius.Â