Mohon tunggu...
YUNITA ARDHIYATI
YUNITA ARDHIYATI Mohon Tunggu... Guru - Guru

saya adalah seorang guru TK ,, saya senang dengan dunia pendidikan, dan saya ingin lebih bermnfaat di dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kegiatan Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini dengan Kegiatan Senam Irama

7 Maret 2024   18:57 Diperbarui: 7 Maret 2024   19:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

KEGIATAN PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI DENGAN KEGIATAN SENAM IRAMA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Di TKIT PELITA HATI MUNTILAN

 

DISUSUN OLEH:

 YUNITA ARDHIYATI, S.Pd

 

 

TAMAN KANAK -- KANAK ISLAM TERPADU PELITA HATI

JALAN PEMUDA BARAT NO 12 A TAMANAGUNG MUNTILAN MAGELANG JAWA TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2019 -- 2020

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dengan sebagian kecil nikmat yang telah diberikan-Nya pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan "LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS KEGIATAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI" dengan lancer dan tidak ada halangan.

Dengan telah terselesaikannya Laporan ini, penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang setulus tulusnya kepada yang kami hormati :

  1. Bapak Suhada selaku kepala Yayasan PELITA HATI.
  2. Ibu Santi Sunayah, S.Pd.AUD, selaku kepala TKIT PELITA HATI MUNTILAN yang telah memberi ijin  dan bimbingan
  3. Guru-guru TKIT PELITA HATI MUNTILAN selaku rekan kerja  yang telah membantu kelancaran pelaksanaan Analisis dan penulisan laporan ini.
  4. Peserta didik TKIT PELITA HATI MUNTILAN
  5. Semua pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Harapan kami semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penyusun menyadari sepenuh hati bahwa dalam penyusunan laporan Pemantapan Kemampuan Mengajar ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan laporan ini dan laporan-laporan dimasa mendatang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi penyusun khususnya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik dan para pembaca pada umumnya.

                                                                                  Muntilan, 25 November 2019

                                                                                               Penulis     

                                                                               YUNITA ARDHIYATI, S.Pd

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................iii

KATA PENGANTAR...............................................................................viii           

DAFTAR ISI................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian..........................................................1

Fokus Penelitian.........................................................................4

Tujuan Penelitian.......................................................................4

Manfaat Penelitian....................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

  • Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik........................6 

a.  Motorik Kasar..................................................................11

b.  Motorik halus....................................................................

Pengaruh Pendidikan Bagi Perkembangan

Fisik-Motorik dan Peran Pendidik dalam

Mengembangkan Fisik

Motorik Anak Usia Dini.........................................................13         

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Subyek, Lokasi dan Waktu  Penelitian................................21

Metode Penelitian................................................................24

  • Instrumen Penelitian............................................................29

BAB IV ANALISA DATA

                A. Tabulasi Data......................................................................30

                B. Analisis Data.......................................................................31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan......................................................................... 54 

Saran....................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................57  

BAB 1

PENDAHULUAN

 

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut dan usia dini juga merupakan masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak dimasa dewasanya kelak.

          Pendidikan anak TK adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan juga penerus bangsa (Slamet Suyanto, 2005:2). Sisdiknas pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak TK adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya. Sejalan dengan Husein dkk (Sumantri, 2005:3) yang menyatakan anak TK berada pada masa periode emas (the golden age), dipertegas bahwapada masa tersebut anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangan.Salah satu cara untuk mengoptimalkan aspek perkembangan anak yaitu melalui pendidikan anak TK.

 

B. FOKUS PENELITIAN

             Setelah dilakukan observasi di lembaga PAUD  di salah satu ruang ( aula ) TKIT Pelita Hati maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan  anak yaitu pada Pengembangan Fisik Motorik dengan Kegiatan Senam Irama menggunakan Tehnologi Informasi ( IT )

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengumpulkan data mengenai

a. Berbagai hal dari kegiatan menggerakkan badan pada pengembangan motorik kasar

b. Tujuan pendidk melakukan kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan motorik kasar pada gerakan badan serta melatih kekuatan otot

c. Mengetahui seberapa antusiame anak terhadap pemeblajaran senam dengan menggunakan media proyektor

d. Kebijakan yang mendukung pendidik dalam melakukan kegiatan tersebut adalah adanya kompetensi yang ada pada pengembangan fisik motorik (motorik kasar dan bidang pengembangan yang lain)

2. Membuat Analisis kritis (critical Analisis)

D. MANFAAT PENELITIAN

Bagi Diri Sendiri

Dapat memberikan pengetahuan dalam proses pembelajaran agar lebih menerapkan prinsip pada bermain sambil belajar dan membimbing bagaimana agar kemampuan fisik motorik anak dapat berkembang secara optimal.

Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian

Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD)

Memberikan inovasi dan kreatifitas pembelajaran

Bagi Siswa

memperoleh pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan motorik kasarnya  yang sangat berguna untuk masa dewasa nanti.

Meningkatkan hasil belajar siswa dan Mengajak siswa berfikir logis, kritis dan kreatif

Bagi anak didik, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru pada anak dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak melalui senam irama yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.

Bagi Sekolah

Bahan masukan kepada lembaga penyelenggaraan PAUD pada umumnya dan untuk TKIT Pelitahati untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dan motorik kasar anak

Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah

Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

AB II

LANDASAN TEORI

Masa usia dini adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik-motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Periode ini merupakan masa yang sangat fundamental bagi kehidupan, dimana pada masa ini proses perkembangan berjalan dengan pesat, terutama yang paling menonjol adalah perkembangan aspek fisik-motoriknya.

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thompson (dalam Yusuf, 2002), mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi 4 (empat) aspek, yaitu (1) sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; dan (4) struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Menurut Suyanto (2005), perkembangan fisik ditujukan agar badan anak tumbuh dengan baik sehingga sehat dan kuat jasmaninya. Perkembangan fisik juga ditujukan untuk mengembangkan 5 (lima) aspek yang meliputi (1) kekuatan (strength); (2) ketahanan (endurance); (3) kecepatan (speed); (4) kecekatan (agility); dan (5) keseimbangan (balance). Dengan jasmani yang sehat, diharapkan anak mampu mengembangkan kelima aspek tersebut.

          Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak.Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Hurlock (2000) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.
             Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot-otot kasar (gross muscle) atau motorik kasar dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.
             Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak dan kematangan syaraf. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

Pada saat anak lahir hanya memiliki otak seberat 2,5 % dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di susunan syaraf pusat belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting, atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti menuang air ke dalam gelas, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat, dan mengendarai sepeda.

Thelen (dalam Vasta, Haith & Miller, 1999), mengemukakan bahwa perkembangan keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan yang jelas dan dapat diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat mempengaruhi penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut. Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan yang mendapat stimulasi lebih banyak dalam belajar berjalan akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi pada usia yang sama.

 Penjelasan lebih mendalam dan secara detail tentang sistematika penguasaan keterampilan motorik anak dijelaskan pula oleh Thelen dengan menggunakan pendekatan Dynamic System Theory (dalam Parke & Locke, 1999). Secara lebih luas, Thelen menyatakan bahwa penguasaan keterampilan motorik sangat ditentukan oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor emosi, persepsi, perhatian, motivasi, postur dan anatomi tubuh. Menurutnya, seluruh komponen tersebut harus sudah "siap" (matang) sebelum anak belajar menguasai keterampilan baru (dalam Parke & Locke, 1999). Ketika anak dimotivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik anak. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem syarafnya sudah matang, proporsi kaki sudah cukup kuat menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Ini menunjukkan bahwa interaksi dari berbagai macam faktor tersebut menyebabkan munculnya keterampilan motorik yang baru bagi anak.

Teori tersebut juga menjelaskan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak.

Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka anak akan termotivasi untuk bergerak kepada keterampilan motorik yang lebih luas lagi. Aktifitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu didukung juga dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang berguna bagi perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus tersebut.

a. Motorik Kasar

Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar diantaranya adalah:

* Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

* Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-otot besar pada tubuh manusia .

* Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Lebih lanjut Gallahue menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang dapat dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:

* Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot besar yang ada pada tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh anak-anak untuk berjalan, berlari dan melompat.

* Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah tempat atau gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat, mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki .

* Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang menguasai berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola, menangkap objek, memutar tali atau menggiring bola.

Telah disinggung di atas mengenai perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara teratur dan mengikuti pola yang berurutan (tahap-tahap perkembangan). Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak akan terlebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung dapat berdiri tanpa melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu gerakanmelalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan, gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.

2. Tahap Asosiatif. Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan yang telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.

3. Tahap otomatis. Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis. Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan semakin berkurang.

Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun menjadi penghambat perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami anak.

1. Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang yang menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan fisik dan kekuatannya merupakan faktor akan mendorong perkembangan motorik kasar ke arah yang positif.

2. Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah anak itu dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Dapat berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama masa kehamilan.

3. Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal kehidupannya. sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang mencukup.

4. Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa pengaruh bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap perkembangan dan kesiapan anak.

5. Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat lingkungan sangat dekat dan erat serta bersentuhan langsung dengan dunia anak.Dukungan dari orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak akan melatih keterampilan motorik anak.

6. Stimulasi. Stimulasi dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan apabila diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah memiliki kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya dengan baik.

Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi kompetensi dan harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski demikian, hal ini bukanlah harga mati yang menentukan cepat-lambatnya perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik dan kompetensi yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu. Berikut adalah tabel perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi dari Yuliani Nurani Sujiono, 2009:65.

0-3 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

7-8 tahun

-Keterampilan fisik berkembang dengan cepat

-Peningkatan keterampilan fisik

-Melompat dengan kaki bergantian

Keterampilan fisik menjadi hal penting dalam perkembangan konsep diri

-Duduk dan merayap; merangkak

-Mengendarai sepeda roda tiga

-Mengendarai sepeda roda dua

-Adanya pe ningatan energi yang tinggi

-Mulai berjalan dan berlari

-Berlari

-Bermain skate

-Tingkat pertumbuhan semakin melambat

Mondar-mandir naik turun tangga dengan kaki bergantian

-Mengambil bagian di dalam permainan yang menuntut keterampilan fisik

-Berjalan pada balon keseimbangan

-Melakukan putaran atau jungkir balik

-Melompat dengan dua kaki

-Melakukan lemparan yang wajar dan teliti

-Memanjat dengan peralatan bermain

b. Motorik Halus

Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak usia dini sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami karena untuk melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap otot-otot halus pada tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti menggambar, menempel, menggunting dan lain sebagainya.

Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian singkat dibawah ini:

* Teori John W Santrock

Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari.

* Teori Hurlock

Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.

* Teori Magil

Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:

1. Tahap Imitasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.

2. Tahap Manipulasi

Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.

3. Tahap Presisi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.

4. Tahap Artikulasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna.

5. Tahap Naturalisasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk yang diberikan oleh guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas simpulnya.

Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung.

Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini dalam aspek perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini dan merupakan adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep Dasar PendidikanAnak Usia Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono, 2009.

0-3 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

7-8 tahun

-Keterampilan motorik yang berkembang dengan baik: dpat mengambil objek yang kecil dari dalam tumpukan

-Dapat melepaskan pakaian dan berpakaian sendiri

-Adanya peningkatan perkembangan otot yang kecil: koordinasi mata dan tangan berkembang dengan baik

-Pengendalian motorik halus yang bagus; dapat mengsiis surat-surat dengan baik

-Mengatur sendok atau garpu untuk memberi makan

-Menangkap bola dengan menggunakan lengan

-Dapat menggunakan pensil, gunting dan lain-lain

-MUlai dapat menggenggam dan melepaskan suatu objek

-memegang krayon dengan jari

-Memotong pada garis

-Mencetak beberapa surat

-Pekerjaan ketrampilan tangan semakin baik

- Dapat menjiplak gambar geometris

-Dapat bermain pasta dan lem

2. Pengaruh Pendidikan Bagi Perkembangan Fisik-Motorik dan Peran Pendidik dalam Mengembangakan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus, serta tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini yang dapat indikatornya dapat dilihat melalui pencapaian kompetensi berdasarkan usia , maka untuk mendukung perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di dalamnya. Pendidikan anak usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Selanjutnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan fisik-motorik anak usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan pemenuhan keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan.

2. Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan menggerakan otot-ototnya.

3. Anak lebih termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas di dalam lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.

4. Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan membahayakan perkembangan fisiknya.

5. Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang melekat pada dirinya.

Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik dalam membimbing dan membantu anak dalam melaksanakan tugas perkembangan yang diembannya menurut tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik anak usia dini adalah:

* Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak;

* Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode bermain, belajar di dalam kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia dini menyerap informasi;

* Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan

* Memberikan sebanyak mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.

 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

  1. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah :

Nama Taman Kanak -- Kanak      : TKIT Pelita Hati

Alamat TK                                   :Jl. Pemuda Barat No 12 A Tamanagung Muntilan

Kelas                                          : A2

Jumlah Peserta Didik                   : 17 Anak

Kelompok Usia                            : 4 - 5 Tahun

Jumlah Pendidik                          : 2 Orang

Waktu Pelaksanaan                     : 26 Oktober 2019

Adapun subyek penelitiannya adalah sebagai berikut:

Anak didik TKIT  Pelita Hati

Jumlah anak didik TKIT ada 17 Anak

Pendidik TKIT Pelita Hati

Di TKIT Pelita Hati A2 ada  ada 2 orang pendidik , yaitu 1 orang menjadi guru kelas dan 1 orang menjadi guru pendamping. Pendidik dalam menyampaikan kegiatan belajar mengajar sudah sangat bagus dan dapat menguasai kelas dan dapat mengkondisikan anak didiknya dengan baik. Materi yang disampaikan juga sudah  sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan sesuai kurikulum yang berlaku.

  1. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data atau gejala serta fenomena yang ditemui di lapangan sesuai hasil  pengamatan.

Adapun subyek penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel langkah -- langkah penelitian

NO

HARI / TANGGAL

LANGKAH --LANGKAH PENELITIAN

KETERANGAN

TAHAP PERSIAPAN

1

Minggu,

06 Oktober 2019

Menyusun Rancangan Penelitian

Diskusi Bersama dan mendengarkan penjelasan dari supervisor / Tutor

2

Minggu,

13 oktober 2019

Mengidentifikasi berbagai model pengembangan kegiatan yang digunakan di lembaga

Diskusi Bersama dan mendengarkan penjelasan dari supervisor / Tutor

3

Senin,

14 Oktober 2019

Observasi Awal dan Menentukan bidang pengembangan yang akan di teliti

Observasi pembelajaran di sekolah

4

Minggu,

20 Oktober 2019

Mengajukan judul kepada supervisor dan menerima masukan dari supervisor

Menerima masukan dari supervisor tentang judul yang akan saya teliti

5

Jumat,                 25 Oktober 2019

Observasi untuk pengambilan data

Observasi di sekolah

6

Minggu,

27 Oktober 2019

Mengkomunikasikan tentang isi BAB I kepada supervisor

Menerima masukan dari supervisor bahwa judul lebih disesuai dengan isi atau bahasan pada BAB I

7

Minggu,

03 November 2019

Mengkomunikasikan hasil observasi dan BAB II dan BAB III

Hasil Baik dan dilanjutkan BAB IV dan V

8

Minggu,

10 November 2019

Pelaporan Hasil Observasi dan BAB IV, V

Diskusi Umum ( Proses Evaluasi dan Konsultasi dengan Supervisor)

9

Minggu,

17 November 2019

Pelaporan akhir seluruh data analisis

Diskusi dan pendampingan oleh supervisor

10

Minggu,

24 November 2019

Penyusunan dan penjilidan hasil penelitian

Proses akhir analisis

  1. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Observasi

Yaitu instrumen pengumpulan data yang dilakukan secara sistematika dan sistematis melalui pengamatan dan mencatat secara langsung gejala -- gejala yeng diteliti. Peneliti mengawasi terus menerus peristiwa dan mencatatnya untuk kemudian dianalisis.

  1. Wawancara

Yaitu instrumen pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi atau penjelasan -- penjelasan dan subjek penelitian.

  1. Dokumentasi

Yaitu instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan bukti -- bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian.

Tabel Instrumen Penelitian

No

Teknik Penilaian

Kegunaan

Sasaran

 

1

Observasi

Sebagai salah satu teknik mengumpulkan data

Dapat digunakan untuk mengamati secara seksama kegiatan yang dilakukan anak

Untuk melihat fenomena yang unik dan menarik untuk dijadikan focus penelitian

Anak didik

Pendidik

Penyelenggara

Program kegiatan

Kepala Sekolah

Dokumen pembelajaran

Ruang kelas

APE yang digunakan

2

Wawancara

Sebagai alat pengumpul data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab

Sebagai alat yang digunakan untuk menggali permasalahan yang ingin diketahui

Sebagai alat pertukaran informasi opini atau pengalaman dari satu orang ke orang lain

Untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai focus penelitian

Guru

Kepala Sekolah

Orang Tua Anak

3

Dokumentasi

Sebagai Alat pengumpul data baik tertulis berupa dokumen atau elektronik

Sebagai pembuka kesempatan untuk memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti

Untuk mengumpulkan bukti -- bukti dan memperjelas focus penelitian

Daftar anak

RPPH

Foto kegiatan

Foto ruang kelas

Hasil karya anak

BAB IV

ANALISIS DATA

1. TABULASI DATA

Untuk memudahkan analsis data, maka hjasil penelitian dibuat tabukasi data yaitu sebagai berikut:

OBSERVASI

WAWANCARA DENGAN GURU

WAWANCARA DENGAN PIMPINAN TK

DOKUMENTASI

Anak -- anak secara bersama mencoba melakukan kegiatan senam irama menggunakan media visual dan audio visual ( proyektor beserta speaker aktifnya)

Pembelajaran di TK kami yaitu menyesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan dan mengacu pada STTPA . Dengan menggunakan media ini anak lebih tertarik dan semangat sehingga meningkatkan perkembangan anak dalam pembelajaran senam dan meningkatkat kemampuan motorik kasarnya.

Saya berkeyakinan bahwa dengan meletakkan dasar yang kuat dalam setiap pembelajaran yang kami berikan akan mempermudah proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak, apalagi dalam proses penelitrian ini yang ditonjolkan adalah proses pertumbuhan anak yaitu sebagian besar gerakan yang digunakan adalah otot otot.

Foto Kegiatan             ( Lampiran )

Pendidik mempersiapkan  alat peraga senam berupa speaker aktigf dan proyektor agar pemeblajaran senam bisa lebih menarik

Kita wajib mengenalkan anak anak dengan senam irama karena dengan menggerakkan tubuh sesuai irama, maka akan menambah kreatiufitas dan meningkatkan perkembangan motorik kasar anak.

Kami akan memberikan fasilitas yang memadai dan terus berkembang demi pembelajaran yang lebih berkualitas dan maksimal

Foto Kegiatan             ( Lampiran )

Pendidik juga mengajak anak untuk bergerak sesuai dengan irama musik yang diputar dan memperhatikan gerakan gerakan yang dicontohkan guru maupun alat peraga proyektor.

Dengan kita memberikan contoh kepada anak anak, maka akan menambah semangat mereka untuk menggerakkan badan dan mengikuti irama musik yang diputarkan dan mengikuti gerakan di layar yang dilihatnya.

Kami akan memberikan training atau pelatihan terhadap pendidik kami supaya lebih berkualitas dan menguasai pembelajaran senam irama beserta alat peraga atau fasiltas yang dibutuhkan untuk mengembangkan prmbelajaran ini

Foto Kegiatan             ( Lampiran )

2. ANALISIS KRITIS

       Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kegiatan senam irama merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan aspek fisik motorik khususnya motorik kasar. Dalam pengembangan motorik kasar pada KB Pelita Hati ini sudah disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Model pembelajaran senam irama ceria ini menggunakan model demontrasi terlebih dahulu, guru memberikan contoh gerakan senam kepada anak terdiri dari tiga latihan yaitu latihan pemanasan terdiri dari sembilan gerakan, latihan inti terdiri dari enam gerakan, dan latihan pendinginan terdiri dari tujuh gerakan. Setiap gerakan terdiri dari 2 x 8 dan 18 hitungan. Senam irama ceria ini berdurasi 12 menit. Latihan pemanasan terdiri dari latihan: jalan di tempat, leher, bahu(mengayun kedua lengan), bahu (mengangkat lengan), sisi badan dan paha, bahu (putaran satu bahu), bahu (putaran 2 bahu), lengan dan kaki (mengayunkan lengan ke samping kanan dan kiri), otot bisep (satu lengan,dua lengan dan kaki). Latihan inti terdiri dari latihan: Lengan dan paha, pinggang (lengan dan kaki)bahu, lengan dan kaki, pinggang kaki dan tangan, lengan dan kaki, paha dan lengan. Terakhir yaitu latihan pendinginan terdiri dari tujuh latihan yaitu: lengan dan paha, sisi badan, leher, paha. otot trisep (lengan kanan dan kiri), paha dan tangan, pernafasan.

       Dasar-dasar gerakan senam irama sama seperti senam-senam yang lainnya, pebedaannya senam irama diiringi dengan musik (lagu) yang didalamnya terkandung irama (ritme). Memberikan latihan atau mengajar senam irama pertama kali yang harus dilakukan adalah mengajarkan dasar- dasar sikap dan gerak secara khusus, terutama sikap-sikap gerak secara khusus, terutama sikap dan gerakan-gerakan dasar yang harus dikuasai oleh anak dalam mempelajari senam irama (Woerjati dkk, tanpa tahun: 49).

        Keunggulan dari senam irama ceria ini yaitu: (a) gerakannya mudah ditiru, (b) irama senam ceria menggunakan lagu anak-anak, jadi sambil senam anak dapat bernyanyi, (c) gerakan-gerakan senam tersebut apabila dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan dan juga pertumbuhan fisik pada anak. Kelemahan pada senam irama ceria tersebut gerakannya sangat bervariasi sehingga sulit bagi anak untuk menghafalkan gerakan pada senam irama ceria tersebut.

       Tujuan melakukan senam irama ceria yaitu diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dapat berolahraga dengan diiringi musik yang gembira dan dapat membina sifat optimisme pada anak-anak. Gerakan-gerakan senam irama ceria tersebut apabila dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan dan juga pertumbuhan fisik pada anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

  1. KESIMPULAN

Dari tabulasi data dan analisis kritis di atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

  1. TKIT Pelita Hati telah melaksanakan program pengembangan fisik motorik kasar sejak usia dini yaitu kemampuan dasar motorik kasarnya agar mkemampuan motorik kasar pada anak didik TKIT Pelita Hati dapat berkembang secara maksimal. Dengan demikan anak akan dapat melatih gerakan -  gerakan halus pada saat ia melakukan senam irama.
  2. Dalam merangsang perkembangan fisik-motorik anak di TKIT Pelita Hati,  kegiatan yang dirancang haruslah menarik dan sesuai dengan perkembangan anak dan  juga dapat divariasikan dengan berbagai bentuk pembelajaran, salah satumya adalah senam irama
  3. Lingkungan TKIT Pelita Hati juga disiapkan sedeemikian rupa sehingga dapat mendukung pencapaian pelaksanaan kemampuan dasar fisik motorik ( motorik Kasar)

2.   SARAN 

  1. Sebaiknya pendidik lebih mempersiapkan media apa saja yang diperlukan dan mendukung pembelajaran untuk pengembangan motorik kasar anak  dengan lebih matang dan sempurna dan memperbaiki sarana dan prasarana yang digunakan dalam mendukung pembelajaran senam
  2. Semua pendidik seharusnya lebih menguasai dan belajar lagi tentang gerakan dan macam senam irama dengan mengikuti pelatihan senam irama untuk anak usia dini

 

 DAFTAR PUSTAKA

Singer (Amung Ma'mun dan Yudha M. Saputra 2000:61)

Asmawati, Luluk, dkk ( 2008). Pengelolaan Kegiatan pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Sujiono, Bambang ( 2007 ) . Metode Pengembangen Fisik. Jakarta : Universitas Terbuka

Aisyah, Siti, dkk (2009). Perkembangan dan Konsep dasar Pengembangan Anak usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun