Yang tidak memperbolehkan perempuan keluar seenaknya dari rumahnya tanpa kawalan laki-laki, yang memposisikan perempuan hanya untuk mengabdi sebagai istri dan tidak boleh berkarier pun berpolitik diluar rumahnya, kemudian perempuan yang hanya boleh bersekolah di sekolah-sekolah khusus perempuan.
Nilai kepatuhan perempuan adalah mutlak sekalipun dengan kepatuhannya perempuan di era Benazir banyak yang meregang nyawa karena kekolotan budaya bangsanya.
Saat itulah Benazir tampil memberi warna, walaupun banyak yang tidak menyukai keberadaan perempuan kuat yang juga anak seorang politikus. Terkait kapasitanya yang hanya seorang Perempuan.
Tapi lewat ide-ide politiknya dan kecerdasaannya yang memanfaatkan kapasitas (jumlah penduduk) perempuan yang lebih banyak dari laki-laki untuk menarik simpati di negaranya maka Partai Rakyat Pakistan yang dipimpinnya selama di pengasingan bisa memperoleh suara terbanyak di Dewan Nasional Pakistan yang kemudian mengantarkannya menjadi Perdana Menteri wanita dalam 2 periode berbeda di Pakistan. Meskipun banyak cobaan menerpanya tapi dia tetap tegar. Dia pernah di penjara, diasingkan, dikucilkan bahkan yang ironis adalah kematiannya yang berakhir tragis karena di bunuh.
Masa-masa tragis lainnya dialami bersama suaminya mereka telah mengalami 90 kasus ditahan bahkan dalam penahanan berkepanjangan yang dialami suaminya, konon dia mengalami serangkaian siksaan fisik, dan juga intimidasi untuk mengakhiri karier politiknya dan menjauhi dunia politik. Tapi Benazir dengan dukungan suaminya bergeming. Mereka tetap melanjutkan perjuangannya.
Dalam banyak hal Benazir pernah mengambil sebuah keputusan kontroversial terkait masalah Taliban. Padahal Taliban jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan visi dan misinya terutama keberadaannya sebagai perdana menteri yang sangat membela kepentingan perempuan, Dia mengatakan dalam sebuah pidato politiknya “Bahwa dengan pemerintahan Taliban, dia melihat kondisi Afganistan dinilai lebih stabil dan memberikan kemudahan terhadap akses-akses ekonomi ke Asia Tengah”. Walaupun dukungan diberikan kepada pemerintah Taliban secara penuh, namun sekali lagi terkait keberadaannya sebagai perempuan yang menurut aturan-aturan Taliban, tidak berhak menjadi seorang pemimpin di negaranya, Taliban malah menentangnya (tidak mendukung). Padahal sewaktu menjadi perdana mentri dia telah banyak menyuplai kepentingan Taliban lewat dukungan militer dan keuangan hingga mengirimkan pasukan Pakistan ke Taliban untuk merebut kekuasaan di Kabul.
Perjuangannya untuk membantu permasalahan sosial yang di alami perempuan di negaranya juga sempat mengalami kendala sekalipun dia mengumbar janji-janji itu dalam kampanye politiknya. Dalam dua periode masa kepemimpinanya beberapa janji politiknya belum semua terlaksana oleh karena kerasnya tekanan-tekanan dari pihak oposisi.
Hingga akhir hidupnya Benazir masih ingin memperjuangkan beberapa janji politiknya terhadap perempuan yang belum bisa tergenapi, namun sebuah peluru menembus tepat di lehernya hingga dia meninggal dunia.
Dari Benazir kita bisa berkaca tentang bagaimana seorang perempuan konsisten terhadap perjuangan hidupnya hingga akhir hayatnya demi tujuan mulia untuk kaumnya.
Suatu contoh betapa seorang perempuan mampu tampil sebagai pemimpin dan menjadi setegar karang jika itu sebuah keharusan.
Perempuan lainya adalah……………..