Pun Kartini akan lebih menangis jika melihat banyak perempuan masa kini yang menggadaikan harga dirinya hanya untuk sesuatu yang bersifat duniawi. Memajang tubuhnya hanya untuk kepentingan komersial dan menjulukinya sebagai profesionalitas.
Tidak ingin menjudge seesorang, hanya saja perempuan sekarang telah kehilangan alat-alat produksi yang mampu menopang jiwa-jiwa kartini.
Canting, alat tenun, alat lukis, dan juga keterampilanya telah musnah dan hanya menjadi budaya serta komuditas untuk diperjual belikan saja, tapi jiwa-jiwa perempuan pembatik, penenun, pelukis dan lain-lain tidak ada didalamnya.
Dari Kartini kita meloncat ke seorang lagi yang istimewa dan sangat bertolak belakang dari Kartini dari gaya perjuangannya yang lembut dan feminis menuju……….gaya perjuangan kuat dan keras penuh sisi –sisi maskulinitas seorang wanita.
Laksamana Malahayati
Sekelumit tentang Malahayati
Malahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Pada tahun 1585-1604, memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Fragmen Malahayati seakan berkata “Kawan-kawan senasib sepenanggungan para suami tercinta telah meninggal, maka tinggal kita para perempuan yang hanya bisa menentukan pilihan menjadi diam disini tak berbuat apa-apa atau mengangkat rencong-rencong untuk berperang membantu sekuat tenaga demi kepentingan nusa dan bangsa”
Malahayati seorang perempuan, janda yang telah ditinggal suaminya gugur di medan laga dan menjadi pahlawan. Tampil menghunus pedang dengan kekuatan seorang ibu.
Pembentukan Inong Balee sendiri adalah hasil buah pikiran Malahayati. Malahayati juga membangun benteng bersama pasukannya dan benteng tersebut dinamai Benteng Inong Balee.