"Ampun Rama Prabu ... hamba tidak mengerti .... tiba-tiba hamba sudah dalam keadaan seperti ini sehingga hamba malu untuk keluar kamar," jawab Dewi Suwido dengan penuh penyesalan.
"Ah, ..... kau mengidap penyakit lepra, anakku. Penyakit itu adalah salah satu penyakit yang sangat berbahaya. Ayahanda merasa sangat menyesal. Tetapi apa boleh buat, kau harus kuasingkan dari istana...." kata Prabu Mundingsari dengan sedih dan menyesal.
"Ya, tepat sekali tindakan Gusti Prabu," sahut permaisuri, "Agar seisi istana tidak tertular."
"Hambaaaaa.......hamba tidak punya siapa-siapa lagi.....hamba mau dibuang kemana?" Dewi Suwido menangis dengan sedih dan kebingungan.
"Kau harus menyepi dan hidup di pinggir hutan...." sahut sang Permaisuri.
"Rama Prabu.....setega itukah hati Ramanda Prabu pada anak sendiri?" protes Dewi Suwido dengan penuh kesedihan.
"Maafkan aku, anakku. Jika kau sudah sembuh, kau boleh kembali ke istana ini," kata Prabu Mundingsari dengan rasa sesal.
Hati Dewi Suwido semakin hancur ketika ayah kandungnya sendiri bermaksud menyingkirkan dan tidak mau berdekatan dengannya. Prabu Mundingsari segera memerintahkan beberapa pengawal untuk mengantarkan Dewi Suwido ke dalam rimba.
Dewi Suwido diangkut menggunakan sebuah kereta kuda, hanya dibekali dengan makanan dan pakaian secukupnya.
Setiba di tepi rimba, para pengawal tidak mau mengantarkannya lebih jauh. Dengan hati yang sedih, Dewi Suwido melanjutkan perjalanan ke dalam rimba seorang diri. Dia belum tahu ke mana ia akan pergi....!
Akhirnya, Dewi Suwido sampai di Gunung Kombang, di mana dia memutuskan untuk bertapa. Dia berdoa kepada para dewa agar wajahnya dapat dikembalikan seperti semula.