Ketika menyadari bahwa wajah yang terlihat di cermin adalah wajahnya yang sebenarnya, hati Dewi Suwido hancur! Dia menangis tanpa henti. Kecantikannya sudah tidak ada lagi.
Selama berhari-hari, gadis itu mengurung diri di dalam kamar dan enggan bertemu dengan siapa pun. Namun, atas pemberitahuan dari sang permaisuri, Prabu Mundingsari akhirnya mengetahui bahwa Dewi Suwido mengidap penyakit yang sangat serius.
"Gusti Prabu, apakah Paduka tidak merasa heran mengapa Dewi Suwido telah begitu lama tidak keluar dari kamarnya?" tanya permaisuri kepada Raja Mundingsari. Permaisuri pun mulai melancarkan siasatnya.
"Ya benar.... sudah lebih dari seminggu aku tidak melihatnya," jawab Raja Mundingsari dengan khawatir.
"Gusti Prabu, seharusnya Paduka sadar.... dia bukanlah wanita biasa...!" kata permaisuri dengan nada serius.
"Apa maksudmu, istriku...?" tanya Raja Mundingsari dengan rasa ingin tahu.
"Saya tidak berani membuat asumsi sembrono. Tetapi jika Paduka melihat wajahnya sendiri....mungkin tepat untuk menyebut Dewi Suwido sebagai siluman," kata permaisuri dengan penuh perasaan.
"Jangan membuat cerita-cerita yang tidak masuk akal, istriku..." tegas Raja Mundingsari.
"Kalau Paduka tidak percaya, silahkan saja Paduka panggil Dewi Suwido," kata permaisuri dengan tegas.
Sang Raja kemudian memerintahkan Dewi Suwido untuk menghadap di balairung istana.
"Anakku, apa yang telah terjadi padamu...?" tanya Raja Mundingsari dengan khawatir ketika melihat wajah Dewi Suwido yang telah berubah.