"Ingat baik-baik ..... aku ingin melihat wajah gadis itu hancur, sehingga tidak ada yang mau melihatnya!" perintah permaisuri dengan tegas.
"Ya, tapi saya juga membutuhkan bantuan Tuan putri...." tambah sang dukun.
"Apa lagi....?" tanya permaisuri dengan penasaran.
"Tuan Putri harus meletakkan kemenyan ini di bawah tempat tidur Dewi Suwido," jelas sang dukun.
"Tidak masalah.... Di mana kemenyannya?" tanya permaisuri dengan cepat, siap untuk melaksanakan rencana jahat itu.
Sang dukun mengambil kemenyan, lalu setelah memberikan mantra tertentu, dia menyerahkan kemenyan tersebut kepada permaisuri.
Dengan kemenyan di tangannya, permaisuri dan putrinya segera berangkat menuju istana untuk melaksanakan rencana jahat mereka terhadap Dewi Suwido.
Tengah malam, Dewi Suwido tertidur lelap, tetapi sesekali ia terbangun dengan wajah yang gelisah. Seluruh tubuhnya terasa panas, tetapi menjelang pagi, panas itu menghilang dan ia bisa tidur nyenyak kembali.
Keesokan harinya, Dewi Suwido bangun dari tidurnya dan merasa tidak enak di seluruh tubuhnya.
"Ah, kepala ini terasa berat. Kulit wajahku terasa tebal," pikir Dewi Suwido sambil merasa aneh dengan wajahnya. Karena merasa ada kelainan pada wajahnya, gadis itu mencari cermin. Dia sangat terkejut melihat bahwa wajahnya dalam kaca kini telah berubah menjadi buruk.
"Ah..... apakah ...... apakah yang ada di dalam cermin itu adalah wajahku? Mengapa begitu?" gumam Dewi Suwido dengan kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam.