Mohon tunggu...
Yulia Ayul
Yulia Ayul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Ayah Kapan Pulang"

29 Juni 2018   19:17 Diperbarui: 29 Juni 2018   20:34 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sebuah kegiatan yang rutinitas nenekku  ketika pagi hari nenek selalu mengeluarkan ayam-ayam nya untuk mencari makan, dan sore hari memasukan kekandangnya masing-masing dikhwatirkan menginap di kandang orang lain.

Setelah selsai mandi aku pun bergegas mengganti pakainku untuk pergi ke musolah bersama nenekku, untuk melaksanakan shalat magrib berjamah dan mengaji.

Mengapa tempat peribadatan itu disebut dengan musolah, karna ruang lingkupnya sangat kecil dan berbeda dengan masjid.

Teradisi di kampung halamanku  masjid hanya untuk kaum bapak-bapak dan musholah untuk kaum ibu-ibu.

Setelah sampai di musolah ku lihat tak ada satu anak kecil pun di sanah, kecuali aku semuanya ibu --ibu yang sudah berumur sangat tua, umur ibu-ibu itu bermacam- macam ada yang 50, 60, dan seterus nya.

Aku pun tidak merasa malu pada ibu-ibu itu , malah aku termotivasi untuk  lebih rajin beribadah dan mengaji, tak ada alasan unutk malas beribadah,kalau  aku males aku merasa malu pada ibu-ibu yang sudah tua itu, mereka saja memiliki semangat yang luar biasa tak ada keluhan sedikit pun,

Lalu apa alasan ku, aku masih terlalu muda tulang ku masih kuat untuk berjalan menuju musholah.jadi taka da  kata malas yang nenek  ucapkan terhadapku

 Segala sesuatu harus di pelajari sejak keci yul, nanti ketika kamu  sudah besar menjadi terbiasa melakukak semua ini.

Aku pun memahami apa yang nenek ucapkan,

ku selalu berdoa semoga aku istiqomah dengan semua ini

Bulan juni pun telah tiba dimana ibuku  pulang ke Indonesia, aku belum mengetahui mengapa ibu pulang secepat itu. Ibuku  sampai di rumah sekitar jam 21:00, ku lihat begitu ramai  di rumah nenekku banyak sang saudara menyambut hangat kedatangan ibuku, ku hanya terdiam di balik pintu rumah, aku merasa terkejut dengn kedatang ibu, alhmdulilah ibu datang dengan keadaan  selamat, kulihat wajah ibu dari kejauhan, wajah yang sangat cantik dan ceria tak ada rautan kesedihan yang nampak di wajahnya, gunggam ku dalam hati{ mungkin ibu sudah melupakan ayahku dan sudah lupa dengan masa lalu yang begitu suram}

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun