Vera mengaduh memangkas perkataan Rindu. Vera menunduk sambil memegang lututnya. Rindu mengikuti pandangan Vera dan menemui perban dan sedikit obat merah di sana. Rindu mengernyit heran dan menatap kekasihnya berharap lelaki itu memberi penjelasan.
Al menarik napas panjang.
"Jadi tadi Vera keserempet motor pas mau nyebrang. Sayangnya pengemudinya malah kabur. Vera dikelilingi orang yang mau nolongin. Nah, aku pas kebetulan lewat dan diminta mereka bawa ke klinik. Nggak ada yang parah. Tapi tadi Vera sempat shocked."
Rindu menatap dalam mata Al. Nggak mungkin ini bohongan apalagi Vera kelihatan pucat juga.Â
"Rumah Vera kebetulan dekat sini jadi, ya udah. Aku anterin sekalian," lanjut Al melihat Rindu masih terdiam.
Aduh malu banget. Udah marah marah tapi salah. Mana di tempat umum lagi, batin Rindu lagi.
Rindu menatap Al lagi dengan perasaan bersalah. Seharusnya gadis itu memberi kesempatan Al buat menjelaskan. Perlahan Rindu menoleh pada Vera yang mengerang kesakitan.Â
"Maaf ya, Al. Aku udah nuduh kamu. Terus lo, Ver. Sorry, ya. Gue nggak bermaksud nyakitin. Nanti gue anterin mie ayam ke rumah lo sebagai permintaan maaf."
"Santai aja. Gue ngerti, kok. Tapi lain kali lo juga harus dengerin dulu sebelum mengungkapkan pendapat. Ok. Kalian mau makan, kan? Gue balik. Makasih Al, udah bantuin gue."
Rindu dengan cepat meraih tangan Vera dan memapahnya. "Biar gue anterin. Gue harus pastikan lo baik-baik aja," sambar Rindu cepat.Â
Vera mengangguk seiring Rindu yang membantunya berjalan hingga tiba di rumahnya.