"Tampilannya makin bikin lapar," ujar Rindu memperhatikan mie, sawi yang hijaunya segar, potongan ayam tanpa tulang, pangsit rebus dan taburan daun bawang.Â
Gadis itu menambahkan sedikit sambal dan saus ke dalam mangkuk sebelum mengaduknya. Tidak perlu kecap karena ayamnya sudah cukup manis. Beda dengan Al yang masih memakainya.
Rindu membaui aroma yang menguar dari makanan itu sebelum menuang kuah sedikit demi sedikit. Bagi Rindu lebih enak makan mie ayam tanpa kuah.Â
"Mie nya lembut jadi nggak pakai kuah pun udah enak, Al," ujar Rindu suatu sore.Â
"Iya, tapi menurutku lebih enak begini. Ada sensasi slurp nya," jawab Al sambil tertawa lebar, menuang semua kuah di mangkuk kecil.
Rindu tersenyum ketika mengingat secuil kenangan dengan kekasihnya itu.Â
Seharusnya Al sudah di sini dan menikmati mie ayam bersama sambil bersenda gurau. Rindu menelan mienya sebelum menyeruput teh manis.
Pandangannya terarah pada tiap kendaraan yang lewat.Â
Rindu belum menyentuh sumpitnya lagi saat deru motor Al mendekat. Hatinya seketika riang, tapi hanya sedetik.
Mata almond Rindu membelalak ketika seorang gadis lain turun dari boncengan motor Al.
Itu kan, Vera. Ngapain dia ikut kemari? Mau ngajak battle dance apa gimana? batin Rindu.